Pagi-pagi Ari berniat bertemu Tata di parkir mobil sekolah. Tapi pagi ini sebagian area parkir dipenuhi material untuk renovasi ruang bawah tanah. Ada satu mobil masuk untuk menurunkan pasir di salah satu sudut. Sepertinya Ari tidak bisa bertemu Tata di situ. Ari pun berjalan menuju gedung sekolah. Dia mulai memikirkan tempat yang sepi untuk bisa bertemu Tata. Tapi di tengah jalan dia berpapasan dengan Toha yang habis memarkir sepedanya.
“Ri, basement sekolah mulai direnovasi lho,” kata Toha begitu bertemu Ari.
“Iya,” jawab Ari singkat.
Toha seperti ingin menyampaikan sesuatu tapi dia urungkan karena Ari sepertinya tidak sedang mood untuk diajak bicara. Hanya ada Tata di pikiran Ari sekarang. Beberapa kali Ari tengak-tengok mencari tempat sepi. Sempat mereka melewati area basement. Orang-orang konstruksi belum pada datang. Tapi sekarang ada tanda DILARANG MASUK! SEDANG ADA RENOVASI dan ada tali melintang menghalangi orang ke arah basement. Lalu ada seorang murid datang dari sana. Seorang anak perempuan sedang tergesa dan berusaha melewati tali penghalang untuk keluar dari area basement. Itu Nara. Dia memakai jaket dengan tudung kepalanya. Saat telah melewati tali penghalang, tanpa sengaja dia melihat Ari dan Toha yang ada di dekat situ. Nara seperti kaget dan langsung kabur meninggalkan tempat itu. Ari dan Toha pun heran melihat gelagat Nara. Tapi Ari jadi dapat ide. Karena tempat itu sepi. Dan Tata pasti akan lewat sini menuju kelasnya. Ari pun meminta Toha untuk ke kelas duluan.
Ari berdiri di depan area basement. Dia ada di belakang tumpukan semen. Di sana Ari tidak terlihat oleh murid-murid yang mulai lewat situ. Karena toh, setelah kejadian kemarin, Ari tidak ingin bertemu siapapun di sekolah ini kecuali Tata. Lalu Tata mulai terlihat besama dua temannya berjalan ke arah Ari. Ari pun keluar dari persembunyiannya. Dia setengah berlari menuju ke arah Tata.
“Tata, aku ingin bicara sama kamu,” kata Ari setelah di depan Tata.
Tata setengah terkejut melihat Ari ada di depannya. Dia masih melihat Ari dengan tatapan heran.
“Please Tata, ijinkan aku bicara sama kamu,” muka Ari kini memelas.
Salah satu teman Tata sempat menarik tangan Tata untuk segera meninggalkan Ari.
“Kalian duluan, sebentar aku nyusul,” kata Tata pada dua temannya.
“Ok, kamu nggak pa pa kan Ta?” tanya teman Tata yang satu lagi sambil memandangi Ari yang sudah terkenal dengan julukan Si Penggambar Hantu.
“Nggak, nggak apa-apa,” Tata berusaha terlihat tenang.
Dua teman Tata pun berjalan meninggalkan Tata. Tapi sebenarnya mereka sengaja berjalan lambat karena tidak ingin meninggalkan Tata.
“Ok Ari, ada apa?” tanya Tata datar.
“Aku cuma ingin bicara Ta. Soalnya aku ngerasa tidak ada orang yang ngertiin aku. Aku ngerasa cuma kamu yang bisa ngertiin aku. Seperti dulu Ta,” Ari mencoba menjelaskan.
“Ri, sori ya, tolong ngertiin aku juga. Susah payah aku untuk menjadi aku yang sekarang ini. Please Ri, jangan bawa-bawa hal-hal yang dulu lagi.”
“Tapi tolong Ta. Saat ini aku lagi butuh dukungan kamu. Dulu katanya kita akan selalu saling dukung.”
Saat itu juga Tata menatap tajam Ari. Bibirnya bergetar. Ada emosi yang muncul di tatapan matanya.