Ari ada di atas vespa di belakang Wira. Dia tidak tahu akan dibawa kemana. Wajah-wajah marah anak-anak basket yang mengejarnya masih ada di kepalanya. Vespa melaju kencang meliuk-liuk di antara mobil yang melaju di jalan. Hingga Wira menghentikan vespanya di depan sebuah kedai kopi.
“Lo mau minum apa Ri?” tanya Wira ke Ari saat masuk kedai. Sepertinya dia sudah mengenal baik tempat ini.
“Terserah, apa aja,” jawab Ari. Dia masih bingung kenapa di bawa ke sini. Tapi buat dia yang terpenting selamat dari kejaran gerombolan anak basket.
“Nanti Toha sama Nara ke sini,” kata Wira setelah mereka duduk di tempat yang paling pojok.
“Toha sama Nara?” Ari semakin bingung.
“Gini Ri, Gue tuh mulai perhatiin lo waktu lo ngambil bola basket di pohon beringin.”
“Lo lihat juga?”
“Iya.”
“Perempuan yang rambutnya panjang sampai ke tanah?”
“Iya.”
Ari masih menatap Wira. Ia masih tak menyangka temannya ini bisa melihat apa yang dia lihat. Lalu 2 cangkir kopi datang di meja mereka.
“Sejak ada renovasi basement gue sama Toha banyak bicara,”kata Wira sambil menyruput kopinya,”Pagi ini Toha ajak gue ketemu Nara. Intinya kita bertiga sama-sama merasakan ada yang tidak beres setelah basement itu dibongkar. Terus Toha ajak gue dan Nara ketemu lo. Tapi kayaknya lo lagi ada masalah dengan anak basket.”
Ari mulai mengerti.
“Kebetulan vespa gue lagi di bengkel. Jadi gue gampang cabutnya. Gue bilang sama Toha dan Nara nanti ketemu di tempat ini. Ini kedai punya kakak gue yang pertama,” kata Wira.
Ari meminum kopinya. Dia mulai ingat awuk tadi pagi.
“Kaki kuda,” kata Ari spontan.
“Lo juga denger?” tanya Wira.
“Iya, pagi ini.”
“Gue juga. Toha sama Nara juga.”
Beberapa saat Ari masih menikmati kopinya. Ada kelegaan dalam hatinya. Setidaknya akan ada yang benar-benar menjadi temannya. Dan Toha pun muncul di depan dengan sepedanya. Wira mempersilahkannya duduk dan memesan kopi satu lagi. Tak berapa lama muncul mobil BMW parkir di depan. Nara keluar dari pintu belakang, masih dengan jaket dan tudungnya. Nara minta maaf agak terlambat karena kena macet. Dia menolak waktu ditawarin Wira kopi. Dia hanya minta air putih.
“Ri, waktu itu gue bener-bener kaget lihat gambar lo di mading. Gue hampir setiap hari lihat tuh anak perempuan yang kakinya ancur,” Toha membuka pembicaraan.
“Tadi pagi gue bicara sama dia,” kata Ari.