Mobil Nara melewati jalan-jalan sempit di perkampungan. Kali ini dia tidak pakai sopir. Nara ada di belakang kemudi. Ari di sebelahnya. Ari sedikit khawatir karena Nara belum punya SIM. Toha dan Wira ada di belakang. Tadi pagi Toha dijemput Wira pakai vespa saat ke sekolahan. Vespa Wira dititipkan di kedai kakaknya. Beberapa kali Toha memberikan arahan ke Nara menuju rumahnya. Setelah dekat, mobil Nara diparkir di lapangan bulu tangkis karena jalan kampung terlalu sempit. Mereka pun keluar dari mobil. Bocah-bocah kampung berdatangan mengagumi mobil Nara. Toha sempat memarahi mereka untuk tidak mendekat ke mobil. Sampai di depan rumah Toha, mereka sudah disambut Pak Hudi, bapaknya Toha. Pak Hudi paranormal yang cukup terkenal. Beberapa kali menulis di media masa dan diundang seminar. Ari sempat berpikir, Pak Hudi seperti sudah tahu kedatangan mereka. Lalu mereka dipersilahkan duduk. Pak Hudi pun menyuruh istrinya membuat minuman.
“Ini teman Toha semua?” tanya Pak Hudi.
“Iya Pak, temen sekelas,” jawab Wira.
“Katanya kemarin di sekolah banyak yang kesurupan ya,” tanya Pak Hudi lagi.
“Iya Pak, mereka dari basement. Gara-gara basementnya dibongkar,” jawab Ari. Dia sudah tidak sabar masuk ke inti persoalan.
Sementara Toha hanya diam duduk di pojokan. Ibu Toha keluar menyajikan minuman di meja kecil. Beberapa saat Pak Hudi terlihat seperti sedang merenung.
“Itu memang jin yang sudah lama dikunci di sana. Di bawah situ memang tempat tinggal mereka,” Pak Hudi menjelaskan.
“Pagi ini mereka sudah dibersihkan,” kata Ari.
“Iya, sama orang-orang yang sama, yang dulu pernah membersihkan juga,” Nara menimpali.
“Iya, memang sudah pada diambil yang ada di sana,” kata Pak Hudi. “Basement-nya sudah dikunci lagi. Tapi saya nggak yakin itu sudah memecahkan masalah.”
“Kenapa Pak?” tanya Wira penasaran.
Lalu Pak Hudi lama merenung. Tatapannya mengarah ke lantai.
“Itu basement sebenarnya panjang,” kata Pak Hudi. “Ada lorong panjang yang tembus ke suatu tempat. Ada satu kerajaan di ujung sana. Kerajaan jin.”
Wira dan Nara jadi tegang. Toha masih diam di pojokan. Sementara Ari, sesuatu masih mengganjal dalam pikirannya.
“Tapi kayaknya di sekolah masih ada yang belum keambil deh Pak,” Ari tidak tahan untuk mengatakan apa yang ada di kepalanya.
Pak Hudi memandang Ari sejenak. Lalu dia seperti menerawang ke suatu tempat. Lalu dia memandang Ari lagi.
“Masih ada satu memang. Dia semacam pemimpin gerombolan di sana,” kata Pak Hudi. “Memang ada jin yang punya kekuatan untuk menyembunyikan diri. Jin seperti itu susah untuk dilihat. Hanya orang tertentu yang bisa melihatnya. Termasuk kamu. Siapa nama kamu?”
“Ari Pak,” jawab Ari.
“Orang seperti kamu biasanya tidak disukai jin. Biasanya, semakin mereka tidak menyukaimu, semakin mereka tidak bisa melihatmu,” Pak Hudi menjelaskan. “Tapi justru ada yang sebaliknya. Ada yang bener-bener disukai jin. Orang seperti ini sering diikuti jin. Biasanya sih orangnya perempuan.”