Keesokan harinya di sekolah, seperti biasa Toha sudah datang pagi-pagi. Dia sudah tak sabar bertemu dengan Ari, Wira dan Nara. Ada sesuatu ingin dia sampaikan.
“Apa apa Ha?” tanya Ari penasaran saat bertemu Toha di depan taman.
“Iya, gue tadi malam ngobrol sama bokap,” kata Toha. “Ntar gue ceritain klo Wira sama Nara sudah datang.”
Tak berapa lama Wira dan Nara datang hampir bersamaan.
“Ada apa sih?” tanya Nara. Karena tak biasanya Toha seserius ini.
“Toha ada info dari bokapnya,” kata Ari tak ingin lama berbasa-basi.
“Gini temen-temen. Gue kan ceritain kejadian kemarin sama bokap,” Toha mulai menjelaskan. “Kata bokap, hantu yang kita lihat di depan pagar kemarin itu asalnya dari gedung seberang. Dia mau masuk ke sekolah kita, tapi nggak bisa. Karena sekolah kita sudah dipagari sama orang-orang dari padepokan.”
“Orang-orang berbaju putih?” tanya Ari.
“Iya. Dan seharusnya, sudah nggak ada hantu lagi yang bisa masuk ke sekolah kita,” tambah Toha.
“Terus kenapa kemarin Nara kedinginan di aula?” tanya Wira spontan.
“Ya mungkin… Nara memang lagi sakit,” jawab Toha berteori.
Nara pun seperti tidak terima, tapi dia memilih diam saja.
“Lalu kucing yang dilihat Ari kemarin?” tanya Wira lagi.
“Ya bisa aja… Ari salah lihat,” jawab Toha. “Maaf ya Ri. Bukannya aku gimana. Tapi aku pikir sekolah kita sudah aman sekarang. Orang-orang di padepokan itu hebat-hebat.
Sekarang giliran Ari yang tidak terima.
“Toha, gimana sih kamu!” tiba-tiba Pak Min mendatangi mereka.
“Kenapa Pak Min?” tanya Toha.
“Kagak ada kucing! Kemarin saya cari dari ujung ke ujung nggak ada kucing,” kata Pak Min. Lalu dia berjalan ke parkiran sambil masih menggerutu.
Ari jadi semakin penasaran. Karena kemarin dia benar-benar melihat kucing hitam di aula. Sementara di halaman terlihat kepala sekolah sedang menerima tamunya, rombongan dari dinas kebudayaan. Salah seorang dari mereka mulai mengambil foto gedung sekolah yang ada di depan.
Di jam pertama ada pelajaran komputer. Hari ini untuk pertama kali, kelas Ari mencoba ruang komputer yang baru di ruang bawah tanah. Ari sempat memperhatikan Nara. Jangan-jangan di ruang ini dia merasa kedinginan. Tapi sepertinya Nara baik-baik saja. Ari pun sempat memperhatikan dinding-dinding pembatas ruangan itu. Dia masih ingat cerita bapaknya Toha tentang ruang bawah tanah ini. Tapi Ari tidak merasakan perasaan itu. Dan bu guru komputer sudah mulai membuka pelajarannya. Baru beberapa menit, kepala sekolah dan beberapa tamunya dari dinas kebudayaan masuk ke ruangan. Beliau meminta ijin bu guru karena tamunya ingin melihat bangunan gedung sekolah, termasuk ruang bawah tanah ini.