Sekitar jam 9, Ari sudah di rumah. Dia baru saja masuk kamar setelah mandi. Ponselnya bunyi. Ternyata panggilan dari Nara.
“Buset Ri! Sumpah gue kaget,” kata Nara di telepon. “Itu hantu serem banget.”
“Gue udah peringatin lo, tapi kayaknya hp lo lobet,” kata Ari.
“Untung dia cuman lewat. Nggak ngapa-ngapain.”
“Iya, kata bokapnya Toha, dia juga nggak bisa masuk sekolah kita.”
Lalu mereka sepakat untuk tidak pulang terlalu malam di sekolah. Selesai terima telepon dari Nara, Ari penasaran untuk menelpon Toha.
“Halo Ha. Gimana? Udah cerita ama bokap lo?” Tanya Ari.
“Udah. Kata bokap kan emang itu hantu dari gedung seberang,” Toha menjelaskan di telepon. “Kalau di gedung seberang, emang dia nggak ada kepalanya. Kepalanya ditenteng di tangan. Nah dulu-dulu dia sering dateng ke sekolah. Dia sering main di pohon beringin. Kalau lagi main, kepalanya dipakai. Mungkin dia kesel tuh, soalnya nggak bisa masuk sekolah kita. Trus kepalanya dicopot lagi.”
Ari kini mengerti. Ternyata ada hantu dengan kelakuan seperti itu. Besok dia akan infokan ke Wira dan Nara. Tapi dia tidak akan ceritakan ke Tata. Dia tidak mau membuat Tata khawatir.
Keesokan hari, seperti biasa, Ari, Toha, Wira dan Nara berkumpul di depan taman sebelum masuk ke kelas. Mereka masih membahas hantu tanpa kepala. Tinggal Wira yang penasaran karena dia tidak mengalaminya sendiri. Wira juga bilang, kalau Nara pulang malam lagi, tinggal bilang ke dia, nanti dia temenin. Lalu Nara cerita, tadi malam dia sempat membongkar-bongkar berkas ibunya. Ada foto gambar denah lama sekolah mereka.
“Tadi malem aku juga telpon mama nanyain foto denah itu,” kata Nara menjelaskan. “Kata mama, dulu dia yang foto denah itu, waktu denah itu ada di meja kakek. Tahu nggak? Di denah itu masih ada gambar lorong yang ada di basement!”
Spontan Ari, Toha dan Wira bengong.
“Tapi kan kemarin kata kepala sekolah, itu lorong tidak ada di gambar denah?” tanya Wira.
“Emang kalau denah yang ada sekarang nggak ada gambar lorongnya,” jawab Nara. “Itu cuman salinan. Yang asli disimpan kakekku. Kata mama, yang salinan, gambar lorongnya emang sengaja dihapus.”
“Kenapa?” tanya Ari spontan.