Kondisi dan Syarat Berlaku

Rit Ardit
Chapter #1

Prolog

KRING KRING!!!

"Gimana gak kesel Jess?! Jam tujuh loh... UDAH NGAJAK RIBUT!!"

Tia. Tiara Anggraeni. Tubuhnya tidak lebih tinggi dari 160cm, tapi suaranya barusan lebih tinggi dari itu. Hari memang belum terlalu siang, tapi suasananya sudah panas. Naik satu derajat Celsius lagi mungkin emosi Tia lepas kendali. Salon hewan peliharaan di ruko sebelah bisa kosong karena semuanya dipanggil sama Tia.

"Iya sabar Ta.. sabar.."

"Ya pagi-pagi aja udah dibikin panas! Sumpah ya, orang tuh makin pinter makin sombong semua, bentak-bentak segala!"

"Iya udah gak apa-apa... pesen dulu aja deh ya? Cari yang dingin biar adem. Nanti, ceritain dulu dari awal yang tenang."

"Isshhh.. Iya..."

Bersama kembarannya, Jessica. Jessica Anggraeni. Mereka baru masuk ke kafe yang baru buka. Sahabat Seduh. Gadis berkulit putih dan berwajah tirus ini, masih gerah dengan yang dialaminya di pagi hari. Karena kerjaannya. Bertugas sebagai karyawan part-time Layanan Informasi Mahasiswa di kampusnya memang tidak pernah mudah untuk dapat cerita senang.

Deskripsi pekerjaannya hampir 11/12 dengan seorang petugas Teller Bank. Shift-nya pagi, tetap saja sudah ramai. Pasti ketemu dengan mahasiswa bermasalah. Entah itu digalakkin, atau mungkin ketemu orang-orang yang oon.

Di kasir kafe, mereka disapa seorang laki-laki tinggi. Laki-laki berkulit agak sawo berseragam celemek warna cokelat dengan topi, segera menyerahkan kertas menu.

 "Baru bukanya hari ini banget ya?" Jessica penasaran. Padahal, dia sudah melewati kafe ini beberapa kali.

"Iya bener kak! Kita sih belum Grand Opening, ya masih saya diskusiin sama partner saya gitu dehHehe."

"Partner? Oh kakaknya yang punya tempatnya?"

"Iya, berdua. Salam kenal ya, saya Surya. Ini, kartu nama saya," dengan ramah, Surya memberikan kartu nama yang diambil di kotak kartu nama pada meja kasir. Surya Santoso, nama lengkapnya. Tidak hanya satu, tapi dua lembar. Seorang dapat satu.

"Ohhh iya, aku Jessica, kenalin juga, ini kembaranku namanya Tia," balas Jessica sambil mengambil kartu. Kemudian tubuhnya sedikit digeser, agar Tia dapat maju mendekat.

"Hai," Tia berusaha senyum. Mood-nya masih jelek. Tapi dia tidak ingin terlihat begitu.

Jessica dan Surya malah nyebur ke kolam basa-basi. Mentang-mentang baru buka, masih sepi. Ngobrol aja terus. Padahal Tia sudah haus!

Enggan memotong pembicaraan, Tia melihat-lihat sekitar. Dia coba nikmati interior-nya yang homey. Diperhatikannya sebuah tembok yang dilukis karikatur manusia-manusia berkepala besar. Semua karakternya berhubungan dengan kopi. Dari petani, hingga barista. Tempat ngopi dan ngeteh kekinian memang harus Instagrammable.

Beberapa meja diatur formasi untuk dua orang. Sepertinya tempat ini memang untuk orang berkencan. Atau, untuk mengerjakan tugas kuliah. Banyak colokan listrik di bawahnya. Hehe, lumayan, dapat lokasi nongkrong baru. Pikir Tia demikian. Gerak dua bola matanya terhenti setelah melihat kotak kartu nama kedua.

Rian. Rian Saputra. Nama partner-nya Surya. Senyumnya memudar. Dia kembali menghampiri Jessica.

"Eh sorry nih, keseruan ngobrolnya. Langsung pesen sekarang ya? Buy 1 Get 1 loh!"

Tia mengangguk. Tidak mau pusing pilih-pilih minuman, dia ikuti saja pesanan saudaranya, Iced Caffe Latte. Masih bete, males mikir. Kalau bukan dia yang pilih, dan kalau ternyata gak enak, ngomel-ngomelnya jadi berasa gak berdosa.

Merasa dirinya tidak lagi punya urusan, Tia meninggalkan saudaranya. Setelah mengoper dua lembar uang bergambar wajah Frans Kaisiepo ke tangan Surya, Jessica menyusul.

*****

Surya ngibrit mencari-cari sahabat sekaligus partner-nya. Ternyata dia sedang merapikan posisi celemek baristanya. Harus pas di tengah. Kalau enggak, canggung rasanya. Gak nikmat. Nanti kerjanya jadi gak nyaman. Apalagi, ini hari pertamanya dia bertugas sebagai barista. Sudah mereka nanti-nantikan sejak SMA.

"Ya ampun Yan, siap-siap aja lama!"

"Berisik lu Sur, lu pikir pake contact lenses gampang?!" gerutu Rian sambil mengikat pita tali celemeknya.

"Customer pertama tuh Yan. Cewek, kembar, cantik! Iced Caffe Latte ya, dua, less ice sama harus enak!" perintah Surya.

"Mesti gua? Kapan lu mau belajarnya? Latihan sana!" perintahnya ditolak mentah-mentah oleh partner-nya.

"Kan, customer pertama Yan. Lu lebih jago dari gua dan terjamin enak." Gagal dengan perintah, kini Surya berganti strategi. "Plis Yan, for the first timeDon't wanna screw this! Cantik kayak mereka, bisa bantu nge-promoin di sosmednya lho kalau enak!"

"Kalau gak cantik, baru lu yang bikinin? Milih-milih banget jadi orang."

Lihat selengkapnya