"Eh bentar, kepala lu sini deh," Vanessa meminta Rian mencondongkan kepalanya ke arahnya. Mereka baru saja selesai bertransaksi. Mata Tia memandangi mereka dari jauh.
Rian bingung, tapi dia ikuti saja minta Vanessa. Topinya dicopot. Jari-jari tangan Vanessa merapihkan beberapa helai rambut Rian. "Nah, rapih!" Vanessa bangga dengan hasil pekerjaannya, seraya mengembalikan topi Rian.
Hidih, geli! Tia merinding melihat gelagat cewek satu ini. Sok akrab banget sih?! Jauh-jauh sana! Tapi setelah dipikir-pikir, orang ini siapanya Rian? Pacar? Hmm, harus segera dicari tahu.
Rian mulai membuat pesanan minuman Vanessa. Hot Caffe Latte, dengan extra shot.
"Yan..."
"Hm?" tangan Rian masih sibuk mempersiapkan bahan baku.
Tangan Vanessa sudah siap dengan gawainya, "Gua foto ya?"
"Buat?"
"Nanti gua kasih lu, update ya?"
"Oh. Yaudah."
CEKREK!!
Pesanan Vanessa selesai, dan dari sana Tia sudah tidak tahan dengan pemandangannya. Terlebih, dia juga tidak tahan mendengarkan pembicaraan Jessica dan Nathan. Tidak bisa dijelaskan secara sederhana. Tersiksa kuadrat, penglihatan dan pendengaran.
Vanessa berjalan sambil membawa gelasnya. Matanya sempat melirik ke arah Tia. Dia tersenyum. Entah sok centil, atau sok ramah. Tia membuang muka. Dia melihat ke arah laptopnya lagi. Pura-pura mengerjakan tugas. Vanessa sih tidak ambil pusing. Dia duduk di meja yang ada di belakang meja Tia, mau mengerjakan tugas kuliahnya juga.
Sebelum membuka laptopnya, Vanessa senyum sumringah. Dia posting foto Rian barusan di sosial medianya beserta ini dan itu Sahabat Seduh, tempat duduk, dekor, peralatan seduh kopi dari kejauhan, dan lainnya. Tidak lupa dia tag akun Rian.
"Mamaaa bosen.." seorang anak kecil dengan gesitnya memasuki kafe sambil merengek. Ibunya berusaha menjawab. Pembicaraan di telepon genggamnya, diabaikan sesaat.
"Iya sebentar sayang, mama ada kerjaan dulu gak apa-apa ya? Sambil tunggu papa jemput, pesen minum dulu yuk? Kamu mau apa?"
Ibu-ibu yang mungkin seumuran tante-tante ini, sudah menyusul anaknya memasuki kafe dan berusaha menggandeng lagi anaknya. Agak tidak berlarian di dalam. Tiba di depan kasir, pesanannya sederhana.
Hanya dua jenis minuman non-caffeine, lalu mereka segera duduk di meja yang kosong. Ibunya kini sibuk dengan tablet di hadapannya. Sedangkan buah hatinya, mencari-cari perhatian, dan mulai berlarian sambil memainkan pesawat terbang di tangannya.
Selesai membuat minuman, Rian menghampiri meja yang ada. Dia juga membawa buku aktivitas menggambar, termasuk alat mewarnainya. Entah siapa punya yang tertinggal, orangnya tidak pernah kembali.
"Dek, suka gambar gak?" tanya Rian setelah meletakkan dua gelas minum pengunjungnya.
"Suka!"
"Mau bantuin koko kerjain yang ini gak? Koko belum kerjain nih!" Rian kini menumpahkan seluruh pensil warna yang disimpan di dalam bungkusannya.
"Duh, makasih ya koh!" komat-kamit ibu tersebut tanpa suara. Dirinya masih sibuk dengan teleponnya yang belum dia putus dari tadi.
Ternyata bisa perhatian juga ya seorang Rian. Perlakuan baiknya ke orang lain, membuat Tia mesem-mesem.
CEKREK!!
Vanessa kembali mengabadikan momen barusan. Pasti untuk kebutuhan promosi calon pacar barunya, yang padahal hanya pacar sewaan.
*****
"Than, gimana date lu yang waktu itu weh?" tanya Wira membuka konferensi meja bundar versi apartemen Surya dan Rian pada hari Jumat malam. Wira bela-belain datang ke pertemuan ini karena dimohon-mohon oleh Nathan untuk segera membahas kencannya, serta untuk mengatur langkah selanjutnya.
"Seru, seru banget! Ngobrolnya nyambung banget sama gua!" kata Nathan bersemangat. Kini dia mulai menjabarkan dari hulu ke hilir tentang harinya saat itu. Penjelasannya berbelit-belit.