"Repot amat pake jemput segala? Gua bisa naek ojek kok!" Vanessa menghampiri Rian yang baru saja keluar dari mobilnya.
Rian membukakan pintu tempat duduk penumpang depan. "Biar datengnya barengan."
"Kan bisa ketemuan dulu di mana gitu? Baru deh ke tempat makannya bareng."
"Udah dibela-belain, masih ngeyel ya?!" jawab Rian gemas sambil menyalakan mesin mobil.
"Iya deh ampun! Tapi thanks loh, gua bisa nyicil make up. Gak apa-apa kan?"
Rian menjemput Vanessa di kampusnya, berbeda dari rencana semalam. Kebetulan Rian bubar kelas lebih awal. Untung naik mobil, jadinya Vanessa bisa dandan dengan bantuan cermin di sun visor.
Baju yang dikenakan Vanessa saat itu membuat dirinya cantik sekali. Blus sifon warna hitam dibalut jaket. Gak kebayang kalau nanti selesai dandan, tampilannya akan semengkilap apa. Mungkin efek di iklan sabun cuci piring akan kalah.
"Jadi nanti selain Steven, bakal ada berapa orang lagi?" tanya Rian sambil tetap menatap jalanan di depan.
Mantan Vanessa bernama Steven. Lengkapnya, Steven Arnoldius. Kemarin malam, Rian sudah diperlihatkan sosok Steven lewat akun sosial medianya. Hanya lihat sekilas, wajahnya memang ganteng.
"Wah gak tahu, belum liat grup WA lagi gua. Males," jawab Vanessa dengan tangannya yang sibuk mengurusi matanya. "Jangan terlalu ngebut dulu dong, bisa meleng nih alisnya!"
"Dih? Iya deh bos."
"Bentar ya.." Vanessa memperhatikan cermin. Alisnya yang kiri sudah rapih. Baru dia menjawab pertanyaan Rian barusan. "Kalau pada bawa pasangan, mentok-mentok mereka berenam." Buset. Ditambah Rian dan Vanessa, total-total jadi berdelapan. Ramai ya.
"Wah, tiga orang lagi, kita bisa jadi kesebelasan sepakbola ya?" canda Rian memancing tawa.
"Pffttt!!" Vanessa tertawa. "Ih Rian!! Meleng beneran nanti alisnya!" dia lanjutkan lagi kegiatan melukisnya.
Rian hanya bisa menahan tawa, dan menunggu lanjutan ceritanya.
Selesai menggambar alis kanannya, Vanessa lanjut bercerita. "Masih inget cerita gua kerja kontrak kan? Yang sepuluh bulan di bioskop sebelum kuliah lagi?"
"Lu pikir gua udah pikun?"
Vanessa nyengir. "Hehehe. Good!" Kali ini Vanessa sambil menyisir rambutnya perlahan-lahan. "Jadi tuh si Steven ini, aslinya senior gua gitu di sana. Ya singkatnya, gua cinlok sama dia."
"Oh? pas bulan ke berapa..?"
"Ermm.. hehe."
"Kok ketawa?"
"Bulan.. ke.. satu," Vanessa senyum tersipu malu. Entah karena ceritanya, atau saat ini dia sedang memeriksa apakah lipstiknya terlalu tebal atau tidak.
"Wow, oke.. terus?" alis Rian terangkat tinggi-tinggi.
"Yaudah sih! Semua orang pernah salah." Tangan Vanessa memukul lengan Rian. "Dari dulu, kalo di kantor, si Steven akrab banget sama Tommy, sama Wanda. Tiap kali jalan, bertiga melulu mereka. Pas ada gua terus jadian, gua diundang deh ke group WhatsApp-nya. Gua sih jadi lumayan akrab sama Wanda. Tapi kalau sama Tommy, kurang."
"Hmmm," Rian masih mengikuti cerita Vanessa.
Lipstiknya kini dimasukkan ke dalam tas kecilnya. "Kalo si Tommy, berhasil dicomblangin sama temen gerejanya Steven yang di Jakarta Utara. Lupa gua namanya, tapi seinget gua kayaknya sekarang lagi kuliah di kampus lu deh. Nah, kalo si Wanda, kayaknya baru-baru ini lagi jalan sama cowok,"
Rian manggut-manggut. Mencerna informasi yang diperolehnya barusan. "Terus? Kok lu bisa putus?"
"Yahh.. namanya cinlok. Kalau udah gak di lokasi, bisa jadi lama-lama cintanya ilang kan? Toh, dia juga bisa bikin alesan macem-macem."
Mendengar lirihan Vanessa, Rian urungkan niatnya bertanya lebih lanjut. Padahal dia penasaran dengan ceritanya. Mobilnya kini sudah berhenti di parkiran. Parkiran mobil. Ya masa parkiran motor? Salah tempat dong.
Rian melihat ke arah Vanessa sambil melepaskan sabuk pengaman. Dandanan Vanessa membuat wajahnya bersinar, tapi senyumnya tidak secerah biasanya. Mereka keluar dari mobil dan mulai memasuki gedung mal.
*****
Tangan kiri Vanessa menggandeng pergelangan Rian. Tangannya diayun-ayunkan layaknya anak kecil. Sedangkan tangan kanannya, sibuk menggeser layar sentuh gawainya. Dirinya benar-benar baru membuka group chat teman-teman akrab dari kantor lamanya. Sudah ratusan chat menumpuk.
"Vanessa!!" teriak melengking seorang cewek, menyita banyak pasang mata.
"Wanda!! Halo!!" Vanessa yang mengenali orang tersebut, segera menghampirinya. "Aaaaa, apa kabar, udah lama gak ketemu ya?!" Berdua, Wanda dan Vanessa cium pipi kanan dan cium pipi kiri bergantian.
"Baru dateng juga?" tanya Wanda.