Kondisi dan Syarat Berlaku

Rit Ardit
Chapter #14

13 - Tangga

Baru kali ini kantung mata Rian tebal. Tidurnya tidak cukup. Maklum, akhir pekan diisi dengan jalan-jalan. Tapi bukan nongkrongnya yang menghabiskan tenaga, melainkan berurusan dengan orang-orang yang dia temui. Siapa lagi kalau bukan Steven.

Kantuknya bukan halangan bagi dirinya untuk datang paling awal ke kantor asisten laboratorium. Namun konsentrasinya yang agak sedikit kacau.

Dan si nomor dua di pagi hari Senin kali ini, Tia. Sama juga. Wajahnya kusut karena ngantuk. Rambutnya belum tertata. Wajahnya belum di make-up.

"Pagi Yan."

"Iya pagi juga."

Lalu hening. Bingung mau membicarakan apa. Kecanggungan masih membayangi-bayangi mereka berdua sejak kemarin. Tapi Rian harus ajak Tia ngobrol, agar tidak sunyi ruangannya dan tidak jadi mengantuk.

"Ta.." Rian memberanikan diri membuka mulutnya.

Dipanggil Rian, Tia menjadi gugup, "Y..a.. Ya?"

"Erm.. barusan.. naik motor?"

Tumben-tumbennya Rian perhatian. Tia termenung. Serdadu di dalam otaknya langsung gaduh. Mencari-cari buku panduan cara menjawab pertanyaan seperti barusan. Memang dirinya naik ojek pagi tadi, agar tidak terlambat seperti yang sudah-sudah. Rambutnya yang berantakan dan belum dandan adalah buktinya. Tapi harus merespon dengan apa? Langsung jujur saja bernada polos? Atau ini kesempatan untuk sedikit centil?

"I..iya.." jawab Tia terbata-bata. "Muka gua kusut sama rambutnya berminyak ya?"

"Ha..?"

Astaga! Kebalik! "Eh! Maksudnya, rambut gua kusut, sama muka gua keliatan berminyak ya?"

"Oh.. Haha.." Rian tertawa canggung. Lalu bingung mau lanjut tanya apa lagi.

"Kalo gitu.. gua cuci muka dulu ya?" Tia ngibrit keluar dari ruangan. Tidak lupa, dia membawa sabun wajah dan handuk kecil. Untung dia datang masih pagi-pagi sekali. Masih ada waktu ekstra untuk bersiap-siap.

"Eh bentar Ta!"

"He.. kenapa?"

"Gua.. mau.. bikin kopi. Mau juga gak.. lu?"

Oh ya tentu saja mau! Dari kemarin Rian kenapa sih? Kok tiba-tiba jadi baik? Serdadu di dalam otak Tia langsung bersorak-sorai. Ah tapi, apa karena dia sudah punya gebetan? Dia ditegur gebetannya agar menjadi orang yang lebih baik?

"Mau gak Ta?" tanya Rian heran karena Tia mematung sejak diberi pertanyaan.

"Eh iya! Boleh! Apa aja.., ikutin lu punya!"

"Sip."

Tia mempercepat langkahnya keluar dari ruangan. Jangan terlalu dipikirkan. Toh mereka masih berupa gebetan. Belum serius, belum jadian. Masih bisa ada kesempatan. Begitu pikir Tia dalam batin sambil kegirangan.

*****

SLUUURRPP!!

Rian dan Tia meneguk kopi hangat yang sudah selesai diseduh.

"Lu suka kopi dari kapan sih?" tanya Tia setelah melap mulutnya. Ada foam yang tersisa yang terasa oleh bibirnya sendiri.

"Hmm.., dari SMA kayaknya udah demen. Ya baca-baca awalnya, terus eksperimen."

"Waw. Itungannya udah passion dong?"

Rian mengangkat kedua bahunya. Dia sendiri juga bingung, apa iya itu termasuk passion. Rasa-rasanya setiap seduhan kopi yang dia kerjakan, ya karena tangannya iseng saja.

"Eh iya," Tia teringat sesuatu. "Sebelum lupa," dia merogoh sesuatu dari tasnya. Tidak lebih dari lima menit, dia menemukan dompet panjang putih yang dicarinya. Tangannya menarik keluar isi dompet tersebut.

Uang. Ratusan ribu, dan beberapa perintilannya. Tangannya yang sudah penuh, diulurkan ke arah Rian.

"Buat?"

"Ya gantiin yang kemarin?"

Rian nyengir. Dia terima dengan tangan terbuka.

"Si Jessica yang itungin. Katanya kalau ada lebih, simpen aja."

"Thanks ya."

"Iya sama-sama."

Rian tidak bisa menahan tawa kecil sambil menghela napasnya, "Nathan aja gak gantiin gua."

Mata Tia agak terbelalak, lalu ikutan nyengir. Tidak menyangka ternyata yang dari kejadian, kemarin ada yang bisa ditertawakan bersama-sama.

"Sebenarnya lu sama Nathan tuh seakrab apa sih?"

"Hmm. Lumayan akrab. Dia temennya temen baik gua. Si Surya, sama ada yang lain juga namanya si Wira. Jadi habis dikenalin, nongkrongnya berempat melulu." Rian kembali meneguk kopinya. "Emang dia agak-agak.." jari telunjukknya ditempelkan di keningnya.

"Issh. Parah sama temen sendiri. Tapi emang bener sih kayaknya, ya?" Giliran Tia yang meneguk sumber kafein di dalam gelasnya. "Dia wadidaw."

"Udah tahu wadidaw, kenapa si Jessica bisa naksir? Gak mungkin dia gak cerita ke elu kan? Kencan pertama aja masa mesti disadap obrolannya?"

UHUK!

Tia tersedak. Rian segera mengoper kotak tissue yang ada di meja.

"Duh, lu jangan bikin gua ngakak dulu dong!"

"Ya maap.. Mana gua tahu lu jadi keselek."

"Yaudah gak apa-apa," jawab Tia sambil melap mulutnya. "Jadi tuh, kayaknya si Jessica mau cepetan move on. Makanya dia cari cowok. Yaudah deh paling cepet di online."

"Oh, dia habis putus sebelum ketemu Nathan?"

Lihat selengkapnya