"Udah siap?"
"Udah.. Yan.."
Malam itu, di hari dengan tanggal yang cantik, mereka sudah tiba di lokasi. Tempat Steven dan Felis melangsungkan resepsi pernikahan mereka. Sebuah hotel yang tersambung dengan sebuah mall.
"Jessica sama Nathan.. gimana tuh jadinya?"
"Si Jessica kan bridesmaid, jadinya dia dikasih kamar hotel di sini. Dari pemberkatan sampe sekarang, masih bareng terus sama Felis. Katanya Nathan sih begitu ya."
"Hmm.. si Nathan sendiri?"
"Nah kalo Nathan, gua belum terlalu jelas sih. Dia cuman bilang, pagi tadi dia ikut pemberkatan. Cuman dia gak cerita lebih lanjut, apa dari pagi sampe sekarang dia bareng Jessica juga, atau enggak."
"Ohh.. I see."
"Malah dia ceritainnya soal si Tia. Katanya, si Tia juga ikut bantuin Felis."
"Hmm... Jadi, pas si Nathan ngajakin lu, lunya tolak gitu aja?"
"Ya.. gua bilangin, gua datengnya pas yang sekarang aja. Lagian, gua kan juga bareng lu."
"Dianya komentar apa gak? Pas lu jawab lu bareng gua?"
"Enggak," jawab Rian singkat. "Dugaan gua sih, mungkin si Jessica bilang ke Nathan, gak usah maksa gua untuk ikut."
"Ishh.. si Jessica pikir lu bakal nyerah gitu aja ya?"
"Maybe."
"Ckck. Apaan-apaan tuh. Mau jaga persahabatan, dia sendiri malah manfaatin temen lu Yan?"
"Mau gimana lagi, 'Nasi udah jadi bubur'."
"Hahaha. Mungkin ntar ada."
"Ada apa?"
"Ada bubur. Makanan pas di acara nikahan. Hehe."
Rian sempat ragu apa maksud Vanessa barusan, kemudian tersenyum setelah paham.
Keluar dari mobil, langkah kaki mereka mantap. Mereka masuki area hotel dan hendak menaiki elevator untuk bisa tiba di hall acara. Sudah di dalam lift, ada beberapa pasangan lain yang juga ikut menuju ke tempat acara.
"Baju gua udah rapi belum Yan?" bisik Vanessa. Takut mengganggu ketenangan orang-orang di sekitar mereka.
Rian melihat baju yang dikenakan orang di sebelahnya. Dari atas, sampai ke bawah. Baju berwarna biru muda, dengan model yang sangat artistik. Pastilah sudah rapi. Ditambah, rambut Vanessa sudah ditata dengan sangat cantik. Bergelombang, senada dengan pakaiannya.
"Cantik kok.." puji Rian.
"Eh, gua tanyanya udah rapi atau belum ya. Bukan udah cantik atau belum!" centil Vanessa, pura-pura jengkel.
Rian gemas dan membalas, "Ya maksudnya cantik, udah lebih dari rapi. Protes amat sih!"
"Hahaha! Wekk!" Vanessa menjulurkan lidahnya pendek dan sesaat.
Orang-orang lain di dalam lift yang sempat menguping, terkikik-kikik dengan kelucuan mereka.
Tiba di lantai yang ingin dituju, rombongan di dalam lift segera keluar. Ada yang berjalan langsung menuju hall sesuai tanda yang sudah disediakan, ada juga yang mencari-cari kamar mandi. Entah untuk merapikan diri, atau ada urusan lainnya.
"Eh Yan! Udah nyampe lu?"
Rian dan Vanessa tersentak. Menoleh sesaat, di hadapan mereka sudah ada Nathan. Dia datang dari arah toilet. Terlihat sekali, dia seperti baru selesai grooming.
Tidak seperti biasanya, penampilan Nathan hari ini sangat keren. Benar-benar berbeda. Mulai dari rambutnya, baju yang dikenakan, hingga sepatunya. Sangat mengkilap.
"Eh, halo Than."
"Iya halo juga. Wah, ini Vanessa yang lu ceritain ke gua ya Yan?" tanya Nathan seru.
Rian bingung. "Ermm.. iya." Padahal, Rian jarang sekali bercerita tentang Vanessa kepada Nathan. Hanya sempat dibahas beberapa kali sehabis insiden makan bersama Steven dan Felis.
"Hai, gua Nathan, salam kenal," tangan Nathan dijulurkan.