"Masih sakit gak?" tanya Vanessa sambil mengusap-usap pipi Rian dengan perlahan.
"Lumayan."
"Kok bisa ya? Dia nampar keras banget?"
"Namanya juga, anak Judo."
"Ya ampun.. yang sabar ya Rian. Tapi dianya gak apa-apa tuh, kayak tadi?"
"Iya, santai aja," ucap Rian. "Kalau dia masih ngerengek, mentok-mentok cuman gak mau ngobrol sama gua."
"Lu pernah berantem separah barusan?"
"Pernah."
"Terus? Penyelesaiannya?"
"Yah, tungguin dari dianya aja. Yang penting, bukan gua yang kesel dan menjauh. Toh, ini kesempatan buat dia biar jadi lebih dewasa."
Vanessa mengangguk setuju. Dia tidak mau terlalu mengomentari kejadian tadi. Lagipula, Nathan itu sahabat Rian. Walau sering menjadi bahan perbincangan, Vanessa tahu, Rian memahami Nathan.
Sudah tiba di dalam mobil, seperti biasa, Rian menyalakan mesin mobil dan mesin pendingin. Vanessa rapikan beberapa helai rambutnya, kemudian mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajahnya. Rian membasahi kerongkongannya dengan air dari botol minumnya.
Teringat akan satu hal, Vanessa mengambil gawainya. Sebuah aplikasi dia buka, dan mengetuk-ngetuk layar sentuhnya beberapa kali.
Tung! Ada notifikasi yang masuk ke dalam gawai Rian. Rian tunda sebentar aktivitas menggulung lengan bajunya. Senyumnya kini terangkat.
"Thanks ya Van," kata Rian. Notifikasi tersebut menginformasikan bahwa kontrak kerjanya dengan Vanessa di aplikasi Pinjam Pacar, sudah dinyatakan selesai.
"Iya, sama-sama juga Yan. Kurang baik apa gua? Udah gua kasih bintang lima tuh. Hahaha!"
"Hahaha. Tapi setelah uangnya cair, gua mau delete apps-nya."