Konsonan Cinta yang Kehilangan Vokalnya

Muhammad Arief Rahman
Chapter #13

L. PERSIMPANGAN YANG MEMBINGUNGKAN

Alarm di handphone-ku berbunyi nyaring, memekakkan telingaku dengan irama lagu yang tak asing. Memang sengaja kuatur dengan nada yang melengking. Agar bangun lebih awal dan tak lupa akan jadwal, semacam rutinitas.

Setiap hari minggu pagi, Aku dan Icha biasa jogging sambil menikmati suasana sunrise di tempat favorit kami. Dan lokasi yang paling cocok untuk menatap langit dengan sejuta harapan baru bersamaan timbulnya baskara pagi adalah Pantai Putri Gading Cempaka atau lebih dikenal sebagai Pantai Panjang.

Pantai ini merupakan salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Disebut pantai panjang karena memang mempunyai garis tepi pantai yang cukup panjang, yaitu sejauh tujuh kilometer dengan luas pantai secara keseluruhan kurang lebih 178,50 Ha. Pemandangan ombak dengan suasana pantai dan pasir putih halus yang ditumbuhi oleh pohon cemara laut, membuat pantai ini digemari wisatawan lokal maupun internasional.

Kondisi pantainya yang landai, air yang bersih, serta hamparan pasir putihnya yang luas, pengunjung bisa mandi sepuasnya sambil menikmati semilir angin pantai yang masih bersih dan sejuk karena pantai ini jauh dari area perindustrian.

Pantai Panjang memiliki jarak titik pasang dan titik surut kurang lebih sekitar 500 meter. Hal ini tentu membuat pantai ini lebih indah saat surut karena hamparan pasir putihnya jadi semakin luas. Kita tak hanya menemukan warna biru dan putih di sini, tapi juga warna hijau dari pepohonan. Karena terdapat banyak pohon cemara dan pinus di dekat pantai.

Kali ini Icha mengajak suaminya, Agung, selagi masih punya banyak waktu. Mumpung orang tua mereka masih senang dan tak bosan-bosan menimang cucu semata wayangnya itu, momen berdua dengan Icha menjadi hal yang amat sayang untuk disia-siakan. Jadilah aku yang seorang diri menatap pasangan suami-istri menyebalkan ini sepanjang jogging nanti. Mana sudi aku menjadi obat nyamuk sendirian!

Sebenarnya aku ingin mengajak Imelda untuk menggenapkan persona jogging pagi ini. Tapi saat melihat wajah riang Icha dan Agung seolah dunia hanya milik mereka berdua, aku terpaksa mengurungkan niat dan pasrah menerima apa adanya.

"Macam mana kau ini, Nan?! Sudah berapa lama kau membujang? Ternyata wajah tampan dan rupawan bukan jaminan. Hahaha ...." canda Agung yang membuatku harus mengelus dada.

"Tak usah sok peduli. Aku sadar diri, kok." Aku menatap kesal ke arah Agung yang dengan santainya melontarkan pertanyaan durjana itu.

"Alamak ... seram nian muka kau, Nan."

"Sudahlah, bang. Tak baik menggoda Pak Wakil Camat. Mending abang goda istri tersayang ini."

Icha mulai menampakkan gelagat yang menjengkelkan. Agung pun sama halnya dengan Icha, sungguh teganya mereka berdua. Apalah daya bagiku yang hanya bisa melihat mereka berlari sembari berpegangan tangan begitu mesranya. Melihat panorama menyebalkan ini amat tak baik bagi kesehatan jemariku, gatal sekali rasanya.

Baru sekitar lima menit jogging ke arah pantai, kami bertiga berpapasan dengan wanita berhijab yang sedang lari pagi seorang diri. Aku yang sengaja menjaga jarak dari pasangan Agung-Icha tiba-tiba merasa familiar dengan perempuan tersebut. Semakin lama, semakin dekat jarakku dengannya. Aneh, Agung dan Icha malah berlari kencang bak anak ayam kehilangan induknya. Hingga kusadari kalau pasangan menyebalkan itu sengaja meninggalkanku untuk menyambut perempuan berhijab ini yang tak lain adalah Husna Salsabila Az-Zahra!

Lagi-lagi kebetulan menakdirkan kami kembali bersua, untuk kesekian kalinya. Husna mengenakan kaus lengan panjang warna putih yang dibalut sweater abu-abu muda. Hijabnya terlihat simpel dengan gaya yang sederhana. Jogger pants hitam dan sepatu kets putih cemerlang membuat dirinya tampak segar dan minimalis.

"Pak Adnan jogging sendirian?" tanya Husna yang sebenarnya cukup kujawab dengan senyuman kecil sembari menganggukkan kepala, menjaga wibawa.

Tapi kenapa diriku jadi susah melakukannya? Aku malah terdiam dan menghentikan langkah. Pun sama, Husna ikut-ikutan diam dan menatapku. Seolah menunggu jawaban, hening seketika.

Lihat selengkapnya