Semua rancangan yang kupersiapkan sudah matang. Tinggal menunggu waktu eksekusinya saja. Sebagai langkah awal mungkin hal ini akan terasa sulit. Hatiku pun berkata kalau presentase sukses dari rencana ini sangatlah kecil. Jika saja Inspektur Pandhu tak menelponku sebelum berangkat tadi, pasti aku akan terus menunda hingga waktu yang ada terbuang sia-sia.
"Kau harus tetap yakin, Adnan. Percayalah semua akan berjalan lancar," ucap Inspektur Pandhu saat aku begitu cemas.
"Saya ragu soal mereka akan menerima Agung atau tidak. Bagaimana mungkin saya bisa percaya semua akan baik-baik saja."
"Kau hanya perlu menunggu giliranmu tiba, Nan. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah saling mengandalkan satu sama lain. Bukan saling mencemaskan dan meragukan potensi keberhasilan masing-masing. Ingat itu."
"Tapi ... mana mungkin saya membiarkan Agung berusaha meyakinkan mereka seorang diri."
"Tenang saja. Aku yakin dia punya segudang rencana di otaknya. Dalam kondisi terdesak, mau tak mau ia harus mengeluarkan segala cara."
"B-baiklah kalau begitu ...."
"Kuperingatkan satu hal padamu, Nan. Jangan sampai dirimu terkejut dengan apa yang ada di medan eksekusi nanti. Akan ada banyak improvisasi di sana. Hati-hatilah."
"Ya ... Saya akan berjuang untuk tidak gegebah nanti, senatural mungkin."
"Good luck, aku tak sabar menantikan hasilnya."
* * * * * * * * * *
Aku tiba di kantor tepat saat pembukaan acara akan dimulai. Seluruh warga seantero kecamatan sudah banyak memenuhi kursi-kursi yang disediakan, aku bergegas maju ke barisan paling depan untuk mencari tempat duduk yang sudah ditentukan para panitia. Tepat di samping Pak Camat tentunya. Hingar bingar masyarakat yang hadir terdengar seperti dengungan lebah, berisik sekali. Pasangan master of ceremony segera muncul di panggung untuk mengendalikan kondisi para hadirin yang semakin menjadi-jadi. Cukup meriah memang, pasalnya Pak Walikota pun menyempatkan hadir di acara tersebut.
"Acaranya sudah mulai?" tanyaku pada Pak Camat yang sedang asyik berbincang dengan PAk Walikota.
"Ya, baru saja mulai," sahutnya tanpa menoleh ke arahku.
"Wah, jadi ini Pak Wakil Camat termuda di kota kita? Saudara Adnan Saputra, kan?"