Rahasia. Sesuatu yang terpendam dan dipendam. Informasi yang dikubur dan tidak pernah dibicarakan. Namun dengan dinamika kehidupan, naif jika berpikir bahwa rahasia tidak pernah muncul ke permukaan. Waktu sudah membuktikan bahwa sebagian rahasia bersifat seperti balon berisikan udara yang coba ditenggelamkan. Tidak pernah berhasil, sekeras apapun mencoba menenggelamkan balon tersebut akan muncul ke permukaaan. Sebagian lagi seperti ruam yang mendadak muncul di kulit tanpa aba-aba. Waktu tidak pernah berhasil membungkam rahasia manusia.
Di suatu ruangan di ibu kota, di salah satu gedung pencakar langit, seorang perempuan duduk bergeming dan bergumul dengan sesuatu yang seharusnya disebut sebagai rahasia. Setidaknya sampai informasi tersebut belum dikirim dan dibaca olehnya, hal itu masih merupakan rahasia. Beberapa lembar foto berserakan di atas meja kaca berkaki silver di hadapan perempuan tersebut.
Setelah sekian lama terpekur dan seakan membeku, perempuan itu beranjak mendekati sisi ruangan dan melempar pandangan ke luar melalui jendela besar dengan kaca jernih tanpa penghalang cahaya. Matanya menemukan sinar mentari yang mencuri masuk tanpa ragu. Cuaca cerah pagi ini bertolak belakang dengan awan yang mengerubuni pikiran perempuan bernama Nadeline Meisya atau yang kerap dipanggil Nad. Pekat. Hitam dan penuh dengan kegelapan. Sebuah bagian dari dirinya yang selalu ingin dilenyapkan begitu saja tiba-tiba menguak, menganga seperti lubang hitam yang siap menyambutnya dengan segera.
Segala sesuatu yang manusia ingin lenyapkan, biasanya justru muncul ke permukaan dan tampak semakin jelas. Fokus manusia mampu memberikan efek dan reaksi besar pada apa yang menjadi pusatnya. Nadeline Meisya sudah dihantui pikiran gelap tersebut sejak tiga belas tahun lalu. Pikiran yang sudah menjelma menjadi sesuatu yang dipercayainya tanpa sadar.