Konstelasi

Sheila Syahira
Chapter #2

Cassi Andromeda

Setiap manusia memiliki rahasia yang disimpannya rapat-rapat bahkan dari dirinya sendiri. Kemudian yang sering menjadi masalah adalah terkadang, dengan jarak yang semakin mengecil dan kebersamaan yang semakin bertambah, manusia saling berpikir bahwa keakraban telah berhasil menihilkan rahasia di antara mereka. Salah paham yang sering menjadi penyebab salah langkah.

Cassi Andromeda mengulas maskara sekali lagi. Belakangan ini Cassi tidak mudah merasa puas. Dia kemudian mengulanginya sekali lagi. Menjadikan bulu mata miliknya terkesan lebih tebal. Sebuah sentuhan terakhir sebelum menyemprotkan parfum keluaran desainer ternama, sekali lagi sebagai final touch. Menyaksikan pantulan yang diberikan cermin, Cassi tersenyum tipis. Setidaknya dengan bantuan make-up, jejak yang ditinggalkan peristiwa semalam tidak terlalu tampak.

Setiap pagi Cassi menjalankan hidup dengan berusaha menghilangkan juga melupakan jejak malam hari. Setiap pagi pula, make-up, aspirin, kopi hitam dan mandi air dingin selalu menjadi alat mujarab untuk memanggil kembali kewarasannya dalam menjalankan kehidupan. Kadang kala, rasa hampa yang setia menemaninya ikut luruh bersama air yang membasuh tubuhnya. Di lain waktu seperti sekarang ini, kehampaan datang mengetuk pintu kamar Cassi dan masuk begitu saja untuk membekapnya. Cassi membiarkannya untuk sesaat. Hanya sesaat sebelum Cassi kembali menyemprotkan parfum mahalnya dan menaikkan volume musik yang menemaninya bersiap menyambut sebuah pagi yang normal.

Terkadang cara tersebut memang berhasil. Suara-suara dari ponsel anyar berhasil mengusir kehampaan yang mirisnya justru diisi oleh sosok yang ingin dienyahkan Cassi. Mungkin Cassi memang mendapatkan kehampaan darinya. Kehampaan yang kemudian silih berganti membekap mereka berdua untuk kemudian terengah bersama dalam mengusirnya. Ada saatnya berhasil. Sering kali mereka gagal dan kembali mengulang siklus yang sama dengan harapan yang baru. Mungkin saja kali ini berbeda. Itu yang kerap hadir di benak mereka berdua. Akan tetapi, harapan sering kali hanya sekadar harapan. Karena nyatanya kehampaan semakin mengakar menguat dan memilin keduanya. Menjadikan mereka semakin erat dan menyatu dengan alur permainan masa lalu mereka berdua. Masa lalu yang dikubur begitu dalam namun tak cukup dalam untuk tidak mengisap mereka berdua layaknya pasir isap.

Lihat selengkapnya