Paman Alfa punya hipotesis dari penelitian yang dikembangkan oleh ayahnya. Rea namanya. Dia adalah seorang professor yang notabene bekerja bersama astronaut untuk melakukan penelitian di luar angkasa—mencari sesuatu yang mungkin bisa merubah peradaban bumi. Paman Alfa membicarakan rencananya untuk pergi mencari serum vaksin Covid-19. Menurut Paman Alfa kejadian wabah ini ada korelasi dengan penelitian yang dilakukan oleh Kakek Rea.
"Kita sudah tidak punya banyak waktu lagi! Selagi penyebaran Covid-19 belum terdeteksi di blok timur, kita harus bergegas pergi" desak Paman Alfa seraya memukul meja makan.
"Apa kita tidak punya opsi lain?" Apakah kita harus pergi meninggalkan Nenek Aquila sendirian terisolasi di ruang bawah tanah" ucap Eflata khawatir.
"Tenanglah, Ef. Nenek akan baik-baik saja. Fobos dan aku akan tetap tinggal di sini" ucap Bibi Ara menatap Eflata.
"Benar, Ef. Kami akan menjaga Nenek Aquila" suara mesin robot terdengar.
Kakek Rea sengaja menciptakan robot bernama Fobos untuk menjaga istrinya selama ia berpergian ke luar angkasa.
"Berita televisi baru saja memberitahu bahwa blok barat, blok pusat dan blok utara sudah lockdown. Karena Covid-19 telah menyebar luas. Pemerintah tidak segan untuk menindak orang yang keluar rumah dengan alasan apapun. Sebelum Blok timur terkontaminasi Covid-19, kita harus bergegas menuju blok selatan. Tempat laboratorium Kakek Rea berada dan tempat penyimpanan project terbesarnya itu berada disana"
"Project terbesar? Apa itu?" tanya Eflata penasaran.
"Ef, selama kamu tinggal disini, kamu suka belajar tentang galaksi, bukan? Kau juga waktu itu bilang bahwa kelak nanti kamu hendak menjadi Astronaut seperti kakekmu, bukan? Saat itu juga, Ayahmu dan Ibumu juga mendengarnya sebelum nafas terakhirnya." ucap Paman Alfa mengalihkan pembicaraan. Mulai mengingat sesuatu; mencoba menyakinkan Eflata.
Paman Alfa mengingat kejadian itu: kecelakan pesawat terbang yang membuat kedua orang tua Eflata sekarat di Rumah Sakit Blok pusat. Hingga akhirnya meninggal dunia setelah mendengar cerita dan cita-cita Eflata. Eflata tidak kuat bertahan—air matanya terus berjatuhan ddi ppipinya
"Itu benar" jawab Eflata datar seraya membungkukkan kepalanya.
"Aku ingin kamu menjadi partner misi penyelamatan eksistensi manusia. Jika Covid-19 terus memperlihatkan progresnya, sesuatu yang buruk akan terjadi. Tenaga medis di beberapa blok sudah kewalahan menangani pasien positive Covid-19. Para Dokter juga belum menemukan obat penangkal Covid-19 dan untuk mendapatkannya itu perlu waktu lama." Jelas Paman Alfa.
Hening beberapa detik.
"Apa yang akan kita lakukan di laboratorium-nya kakek Rea?" lanjut Eflata.
"Aku akan beritahu saat kita sudah berada disana" Paman Alfa beranjak dari kursi. Kemudian, mengambil jaket. Lalu, mengajak Eflata untuk bergegas masuk mobil untuk berangkat ke laboratorium di Blok selatan.
"Fobos, jaga Nenek dan Bibi, ya." ucap Eflata sambil mengelus kepala fobos yang berbentuk oval.
Paman Alfa tanpa basa-basi langsung tancap gas—tidak lupa juga memberi klakson ke istrinya; tanda untuk pamit. Beberapa menit berjalan, di persimpangan—ada operasi yang dilakukan kepolisian. Sepertinya, mereka melakukan pengecekan terhadap orang yang dapat berpotensi menambah penyebaran virus Covid-19.
"Sial! Ada operasi Polisi" kaget Paman Alfa.
"Bagaimana ini?" ucap Eflata bingung.
Paman Alfa mengemudikan mobil sambil berfikir.
"Tenang. Bukan masalah" seraya mengambil laptop di dashboard. Kemudian, paman Alfa mengaktifkan dua tangki nitrous yang ia sembunyikan di bawah kursi belakang.
"Sudah lama aku tidak menggunakan ini"
"Benda apa itu?" tanya Eflata mengenai benda yang sepertinya tak asing dibenaknya.
"Itu nitrous?" lanjut Eflata berdecak kagum.
"Lihat saja nanti. Pegangan yang kuat" ucap Paman Alfa bersiap-siap.
Lampu merah menunjukan angka lima dalam hitungan mundur.
5, 4, 3, 2, 1. Ketika sudah lampu hijau, Paman Alfa menancap gas dan meng-klik tombol Enter di laptop. Seketika mobil melaju dengan kecepatan di atas rata-rata—anak panah speedometer mengarah ke area merah: kecepatan penuh. Polisi hanya melongo melihat mobil tersebut dan membiarkan mobil itu pergi; membiarkan saja. Lagipula, polisi sedang malas-malasan;
***
Tiga puluh menit setelah mengemudikan mobil di jalan gelap yang lenggang. Sampai pada satu titik, Paman Alfa berhenti di suatu tempat yang begitu sunyi dan tidak ada tanda-tanda kehidupan—hanya ada padang pasir dan beberapa tanaman kaktus yang berdiri di bahu jalan. Di saat yang bersamaan, Eflata mendongak ke kaca sebelahnya. Tampak ratusan juta bintang mungkin, miliyaran yang berdiam diri di angkasa. Begitu banyak hingga terdapat rasi bintang yang melengkapi langit-langit malam. Sesekali, terlihat bintang jatuh yang entah kemana bintang itu akan mendarat.
"Ayo, Ef. Bergegas" keluar dari mobil.
"Kita hendak kemana?" Eflata Ikut keluar.
"Kesana" Menunjuk sebuah bilik ATM.
"Ditempat yang begitu sepi seperti ini, ada yang sengaja membuat bilik ATM?" Eflata heran melihat penampakan bilik ATM yang mengeluarkan cahaya cerah di area yang gelap.
"Selamat datang di Bank Blok Selatan" suara audio perempuan terdengar saat Paman Alfa membuka pintu.
Paman Alfa mengetik beberapa nomor di mesin ATM dan melakukan face scan sesaat cahaya hijau retak-retak keluar.
"Konfirmasi sudah berhasil" suara audio perempuan terdengar lagi.
Tiba-tiba mesin ATM bergerak memecah diri menjadi dua bagian hingga membuka sebuah portal lift di bagian dalamnya"
"Waaaaww" Eflata takjub melihat hal itu.
"Bergegas, Ef" ucap Paman Alfa tergesa.
Mereka berdua masuk portal lift—kemudian lift bergerak vertikal ke bawah tanah.
***
"Beberapa hari yang lalu, Kakek Rea mengirim pesan video singkat mengenai titik koordinat. Tempat yang sedang ia lakukan penelitian di luar angkasa" ucap Paman Alfa memcah hening.
"jadi, apa rencananya?"
"Kita akan kesana, menuju titik koordinat yang diberikan oleh kakek Rea"
"Dimana keberadaan kakek Rea sekarang?"
"Entah. Aku belum memeriksa tepat letak lokasi koordinatnya. Yang pasti dia berada di luar angkasa"
"Semoga tidak di luar Tata Surya. Galaksi Bimasakti ruang yang luas sekali. Jika kita tahu keberadaannya Kakek Rea di luar Tata Surya, kita akan kesulitan." ucap Eflata.
"Kalaupun ternyata, titik koordinat Kakek Rea berada di Galaksi Andromeda. Kita tetap harus berusaha untuk mencarinya. Walaupun itu jauh sekali dan angka keselamatan untuk pulang ke bumi kecil." ucap Paman Alfa penuh keyakinan.