Suara sirene ambulans datang bersahut-sahutan semakin kencang. Gema roda strecher yang didorong cepat membuat suasana rumah sakit semakin tegang.
"Empat pasien kecelakaan mobil sedang ditangani oleh dokter. Sementara dua lainnya, sedang melakukan perawatan lebih lanjut meskipun mereka hanya mengalami luka ringan," ujar seorang perawat, berusaha menjelaskan situasi kepada seorang petugas kepolisian.
"Baik, kabari jika mengalami perkembangan." Pria paruh baya yang mengenakan seragam itu berlalu pergi menuju salah satu ruangan di lantai atas.
Petugas itu hanya dapat memperhatikan dengan cermat aktivitas seorang dokter dan kedua anak kecil berusia 5 tahun laki-laki dan perempuan dari luar ruangan. Mereka terlihat tak dapat merespons dengan baik setiap perkataan dokter yang menangani mereka.
"Kalian suka permen? Saya memilikinya jika kalian mau." Anak perempuan itu hanya diam, ia fokus duduk dan menoleh memperhatikan pantulan dirinya dari samping lewat sebuah cermin.
Sedangkan anak laki-laki itu perlahan mengambil permen yang disodorkan padanya itu. Dokter itu tersenyum senang dan beralih menatap anak perempuan yang masih saja tak merespons dirinya sejak beberapa jam yang lalu.
"Kalian saling mengenal satu sama lain?"
Anak laki-laki itu awalnya terdiam, fokus dengan permennya. Lalu setelahnya ia menggeleng pelan. Ada jeda yang cukup lambat membuat dokter itu kembali berpikir.
Anak perempuan itu akhirnya menoleh pada dokternya, lalu menatap anak laki-laki yang duduk di sebelahnya dengan bingung.
Waktu sudah beranjak dini hari ketika dokter yang menangani kedua anak itu keluar dari ruangan. Meninggalkan kedua anak itu sebentar untuk menjelaskan situasi.
"Saya rasa, kedua anak itu bisa dikatakan syok akibat kecelakaan itu. Jika diobservasi lebih lanjut, saya dapat memberikan diagnosa yang lebih akurat. Namun untuk sementara ini, dapat saya simpulkan bahwa mereka mengalami trauma psikis yang cukup parah. Apa kedua wali mereka sudah sadarkan diri?" tanya dokter itu.
"Mereka baru saja dinyatakan meninggal dunia. Saya sudah berusaha mencari tau kerabat dekat mereka namun tak ada yang merespons. Mungkin saja pilihan terburuknya kita harus menyerahkan kedua anak ini pada panti sosial terdekat."