Pindah sekolah, pindah rumah dan membereskan rumah baru. Tiga hal yang perlahan namun pasti dijalani oleh Leta semenjak keputusannya itu. Leta melangkah perlahan menatap rumah barunya. Lingkungan yang hijau dan begitu asri, udara sejuk yang menyejukkan hati mampu membuat Leta tersenyum dengan seluruh beban pikirannya.
"Nona Leta, ini barang mana yang mau diturunin dulu?" tanya Bi Asih, asisten rumah tangga baru Leta.
Sebenarnya Leta tak menginginkan adanya keberadaan art baru lainnya ini. Tapi apalah daya ketika mamanya dengan ngotot mengirim sejumlah art yang membuat Leta kewalahan. Ia akhirnya mengalah dan memutuskan memanggil satu art saja.
Jadilah Bi Asih yang mengurus segala keperluan Leta di rumah bertingkat dua itu. Yap, rumah yang telah dibelikan oleh Papanya lebih tidak terduga lagi. Rumah yang dikatakannya akan cocok dengan Leta ternyata rumah dua lantai yang mirip seperti rumah mereka di kota. Hanya saja rumah di sini lebih minimalis dan asri.
Suasana yang begitu tenang membuat Leta berusaha mengambil napas dalam-dalam dan mulai membereskan barang. Dibantu Bi Asih yang juga sibuk mondar mandir membawa kotak-kotak barang, Leta terpana sejenak melihat pemandangan lantai dua rumah itu. Meskipun mereka baru bisa sampai di rumah saat sore, pemandangan langit senja di pinggiran kota ini begitu indah. Leta tersenyum sejenak menyadari kenapa Papanya bisa memilih rumah ini.
---------------------
Hari masih terlalu pagi menurut versi Leta ketika Bi Asih membangunkannya.
"Non Leta, bangun, sekolah Non. Siap-siap dulu gih, Bibi mau buat sarapan Non Leta maunya sarapan apa?"
"Ha?" Hanya satu kata itu yang berhasil keluar dari mulut Leta.
Ia mengucek matanya berusaha melihat dengan jelas dan menyadarkan dirinya. Saat Leta melihat penampakan Bi Asih, ia terlonjak kaget.
"Bibi kok pagi-pagi udah di sini?"
"Loh? Emang nyonya nggak ngasih tahu? Kan Bi Asih tinggal di sini bareng Non Leta. Malah katanya nggak boleh pergi lama-lama biar Non Leta nggak sendirian di rumah." Pikiran Leta langsung tertuju pada apa yang dikatakan artnya itu.
Leta akhirnya bangun dan menyingkap selimutnya.
"Bibi disuruh Mama tinggal di sini? Sampai kapan?" tanya Leta mulai sadar.
"Sampai Non dewasa kalau bisa. Sampai Nona Leta nggak sendiri lagi. Bibi mah nggak punya keluarga lagi jadi aman kalau selalu sama Non Leta terus." Bi Asih berkelakar, Leta menggeleng heran.
Maka pagi itu, Leta akhirnya bangun pagi dan bersiap menuju sekolah barunya. Jarak sekolah dan rumah barunya yang relatif sangat dekat membuat Leta memutuskan pergi dengan berjalan kaki. Bi Asih sudah berteriak duluan mengingatkan Leta untuk menunggu sopirnya, Leta dengan cepat kabur sebelum ia dipaksa lagi. Sekarang giliran Papanya yang mengirim sopir kepercayaan keluarga mereka untuk Leta.
Meski terpisah, perasaan kedua orang tuanya tersampaikan dengan jelas pada dirinya. Leta tersenyum senang sepanjang perjalanan menuju sekolah. Ia berjanji dalam hati untuk mampu berbahagia dengan apa pun kenyataannya.