"Makasih ya Linki untuk kemarin. Karena kamu udah nolong aku, aku bakal traktir kamu sebagai balasannya. Kamu mau kan?" Leta bertanya dengan mukanya yang berseri-seri.
Linki yang baru saja akan mengerjakan tugasnya langsung menoleh pada asal suara.
"Nggak usah Leta. Aku nolong kamu karena kebetulan aku dengar aja, nggak lebih," tutur Linki berusaha menolak halus. Tapi Leta tetap saja belum menyerah.
"Justru itu Ki, nggak apa-apa udah aku traktir nanti ya yaa?"
Linki tetap saja menggeleng, kali ini dia memilih mengabaikan semua bujukan maut Leta dan fokus pada tugasnya. Leta yang cemberut karena diabaikan memilih kembali ke tempat duduknya.
Tentu saja Leta tak semudah itu menyerah. Sikap Linki semakin membuat Leta tertarik untuk membuat Linki menjadi temannya. Ia harus tau kenapa sekarang ia tak bisa melihat takdir Linki seorang di antara semua manusia di sekolah ini. Alasan terkuat sejauh ini mengapa Leta harus mendekati Linki meski dengan nekat.
------------------
"Dika kan? Aku Leta, boleh minta tolong nggak?"
Dika mengerutkan alis kala mendengar permintaan bantuan macam apa yang baru saja diucapkan Leta, si anak baru ini.
"Kamu minta tolong ajak Linki ke kantin, biar kamu bisa traktir dia?" Leta mengangguk dengan bersemangat.