Pembagian tugas kelompok mata pelajaran prakarya membuat Linki mengelus dada. Bahkan setelah dipilih langsung oleh guru mereka, ia tetap saja ditakdir berada di dekat Leta. Tak jauh-jauh dari gadis misterius satu ini yang masih saja mengganggu ingatan Linki. Sedangkan Leta bersorak senang saat tau bahwa takdir benar-benar mempertemukan mereka di mana pun kesempatannya.
Maka dengan seluruh kesempatan itu, Leta berusaha sebaik mungkin menggali keistimewaan Linki yang berbeda ini.
"Jadi, kita buat kerajinannya di rumah siapa nih Ki?" Linki menghela napas saja ketika Leta dengan semangat bertanya. Dika tertawa puas melihat tampang Linki yang begitu lelah menanggapi tingkah Leta.
Esoknya, setelah sehari sebelumnya Linki melengos malas tiap Leta bertanya perihal tugas. Linki yang tak lagi bisa berbuat apa-apa untuk menghindari Leta menerima pasrah dan mulai berusaha bekerja sama.
"Rumah kamu bisa nggak?"
"Boleh banget!" jawab Leta dengan riang.
Sepulang sekolah, mereka berdua langsung menuju rumah Leta. Dengan memegang sepeda Linki yang tak digunakannya, mereka berdua berjalan dengan pasti menuju rumah.
"Nanti kita bisa minta tolong Bibi bikin kerajinannya. Beliau itu suka mengayam dulunya jadi sesuai lah dengan tema kerajinan kita sekarang."
Leta terus mengoceh sepanjang perjalanan. Linki yang mulai terbiasa menghadapi Leta mendengarkan setiap perkataan Leta dengan baik. Alis Linki berkerut saat dirinya menyadari Leta terus mengocehkan apa saja kecuali tentang keluarganya. Rasa penasaran lainnya akhirnya mencuat juga dari benak Linki.