Konstelasi Rasa

Rain
Chapter #14

14

Esok harinya, Leta dengan muka sumringahnya merecoki Linki yang baru saja datang. Dengan muka datar, Linki mengangguk-angguk saja setiap perkataan Leta yang tak didengarnya dengan serius.

"Nanti kalau kamu mau ke rumah panti lagi, ajak aku ya Ki. Aku gabut juga di rumah, dari pada sendirian nggak ngapa-ngapain mending nolong Ibu panti. Setidaknya aku belajar banyak dari beliau," tutur Leta tersenyum. 

Linki agak terkejut dengan satu kalimat panjang Leta itu. Dia tak menyangka hal ini akan didengarnya dari mulut Leta. Dika saja bosan dengan cepat ketika ia mengajak sahabatnya itu ke panti, tetapi Leta memiliki pemikiran yang berbeda. Satu-satunya orang yang ia hindari sedari awal malah dengan girangnya memintanya kembali. Leta malah menjadi orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya.

Apalagi bagi Linki, Leta hanyalah anak orang kaya yang tak mengerti kesedihan hidup kekurangan. Namun, jelas pemikiran Linki salah terkait hal ini.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Leta kembali duduk di bangkunya masih dengan girang. Maka sejak hari itulah, hubungan rumit mereka perlahan namun pasti berubah ke arah yang berbeda. Linki sedikit demi sedikit mulai berusaha menerima Leta. Dan tanpa Leta sadari pun, ia sudah menemukan teman baik lainnya, hal yang sedari awal juga diusahakan oleh dirinya.

-----------------

Sepulang sekolah di siang yang cukup terik, Leta dan Linki kembali menuju rumah panti. 

"Kamu tau nggak Ki, katanya suhu dunia hari ini makin hari makin panas tau. Ini tandanya dunia mau kiamat apa gimana yak?" Leta menepuk-nepuk bahu Linki, memulai percakapan absurd lainnya.

Linki yang sedang fokus dengan pedal sepedanya langsung menggeleng-geleng heran. Tak terkejut lagi dengan berbagai pertanyaan dan pemikiran absurd Leta.

"Nggak langsung ke teori dunia bakal kiamat juga Ta. Itu tandanya kita harus menjaga bumi dulu, contoh sederhananya dengan mengurangi polusi udara. Itu gunanya kita naik sepeda sekarang," kata Linki bangga.

Mendengar nadanya yang jumawa, Leta ikut menggelengkan kepalanya dan tertawa setelahnya.

"Iyadehh yang paling bisa mengurangi polusi, aku juga bisa dibilang mengurangi dong. Aku malah jalan kaki ke sekolah, kamu kalah jauhh sih Kii."

"Nggak dong, kamu lupa Pak Budi sopir kamu bawa mobil? Itu artinya kamu penyumbang polusi udara juga Ta."

Lihat selengkapnya