Suara sirine ambulans yang baru saja tiba langsung memecah situasi rumah sakit. Para perawat bergegas menghampiri ambulans dan membawa tubuh-tubuh yang penuh darah itu menuju ruang gawat darurat. Sebuah mobil petugas kepolisian yang membawa dua anak, laki-laki dan perempuan menyusul kemudian.
Seorang dokter anak mengambil alih dua anak itu dengan cepat menuju ruangan. Seorang petugas bergegas ikut mendampingi dokter tersebut.
"Saya rasa, kedua anak itu bisa dikatakan syok akibat kecelakaan itu. Jika diobservasi lebih lanjut, dapat saya simpulkan bahwa mereka mengalami trauma psikis yang cukup parah. Apa kedua wali mereka sudah sadarkan diri?" tanya dokter itu, ia baru saja keluar dari ruangan.
"Mereka baru saja dinyatakan meninggal dunia. Saya sedang berusaha mencari tau kerabat dekat mereka, namun jika memang tidak ada. Mungkin saja pilihan terburuknya kami harus menyerahkan kedua anak ini pada panti sosial terdekat."
Dokter itu menghela napas khawatir. Ia memperhatikan interaksi yang terjadi antara dua anak itu melalui jendela transparan.
"Kamu mau permen juga?" Anak laki-laki itu menyodorkan permennya.
Bocah perempuan itu menatapnya dengan datar. Tak meresponnya sama sekali. Anak laki-laki itu pun memberengut dan memilih bermain puzzle di sebelahnya. Mengabaikan anak perempuan itu.
Setelah beberapa lama bermain sendiri, anak perempuan itu akhirnya bergerak mengambil salah satu mainan dan menyodorkannya pada anak laki-laki itu. Sebuah mobil mainan yang langsung membuat anak laki-laki itu berteriak kencang. Dokter dan petugas itu langsung berlari masuk ruangan, berusaha memisahkan kedua anak itu.
"LETA!"
Sekali lagi, Linki baru saja bangun dari mimpinya yang terasa begitu nyata. Keringat masih mengucur dari keningnya, napasnya menderu tak teratur. Pagi itu, mimpi buruk lainnya kembali menghampiri Linki. Kenyataan bahwa dirinya meneriakkan nama Leta kali ini membuat Linki bingung dan khawatir. Apa mimpi ini juga berhubungan dengan mimpinya sebelumnya dan Leta?
Linki mengacak-acak rambutnya frustrasi. Ia berharap salah mengira jika anak perempuan yang ada dalam mimpinya barusan adalah Leta. Tidak lagi, entah apa bencana yang akan terjadi pada mereka berdua. Karena mengkhawatirkan hal itu, akibatnya sepulang sekolah ini Linki memilih menanyakannya langsung pada Leta.