Sepulang sekolah, Linki memastikan kembali Leta yang tak juga mengingat dirinya. Terhitung kemarin, sudah dua hari Leta tak kunjung juga mengingat Linki. Jangka waktu yang lama jika dibandingkan dengan kejadian kemarin. Akhirnya Linki memutuskan pergi sendiri menuju panti asuhan melihat kondisi Leta yang tak mengalami perubahan.
Linki baru saja memasuki halaman luas, ketika Ibu panti yang melihat raut Linki sontak bertanya heran.
"Kamu kenapa Linki? Oh iya Leta udah lama banget rasanya nggak ke sini. Dia sehat-sehat aja kan? Ibu kangen sam-"
"Bu, siapa yang dulu mengantarkan aku ke panti asuhan ini?"
Ibu panti langsung menatap Linki terkejut. Ia reflek mengusap rambutnya khawatir. Di pintu depan rumah panti ini, Linki bertanya tanpa mengedipkan matanya sedikit pun. Menunggu dengan sabar, kata yang akan diucapkan Ibu panti.
Ibu panti yang awalnya terdiam cukup lama akhirnya menghela napas dengan berat.
"Ibu nggak nyangka kamu nanya soal itu sekarang Ki. Ibu kira kamu udah nggak membutuhkan fakta itu setelah kamu diadopsi oleh keluarga kamu sekarang. Tapi nyatanya kamu masih berusaha mencari tau. Ayo masuk, Ibu akan ceritakan semuanya."
Mereka berdua berpindah ke ruang kantor panti yang cukup sempit. Ruangan hanya diisi dengan lemari berukuran sedang di sudut kanan dan meja kerja di sudut kirinya. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja persegi dan sofa lama, tempat mereka duduk saat ini.
Linki meraih amplop yang disodorkan oleh Ibu panti padanya. Linki menatap amplop itu dengan ragu. Rasa-rasanya tadi pagi semangatnya sangat membara untuk mengetahui tentang asal usul dirinya. Tapi sekarang, setelah ia benar-benar dihadapkan dengan jawabannya dirinya malah meragu.
Entah apa juga yang harus ia pertanyakan pada dirinya sendiri. Yang jelas isi amplop ini akan menjawab pertanyaannya. Demi Leta, Linki menguatkan dirinya dan membuka amplop itu.
Amplop tipis itu hanya berisi surat-surat administrasi kepindahannya di sini. Di sana tertera sebuah nama seseorang yang menitipkannya. Satu lembar koran tua jatuh ke lantai ketika Linki menarik surat lainnya. Ia meraih koran tua yang sudah usang itu dan membaca judulnya.
'Kecelakaan maut menewaskan kedua keluarga'
Linki menatap Ibu panti dengan tanda tanya besar, apa lagi ini?
"Itu potongan koran yang Ibu pungut Ki. Waktu kamu di antar ke sini, seorang perawat yang didampingi seorang petugas polisi menceritakannya sedikit. Penyebab kamu bisa berada di sini, karena ini. Kecelakaan yang merengut kedua orang tua kamu dan juga seorang gadis kecil. Kalian berdua sama-sama nggak punya keluarga lagi. Sampai seorang sahabat dari keluarga gadis kecil itu mengadopsinya secara sah. Sedangkan kamu dititipkan di sini."