Hujan masih menetes di luar vila mewah itu, menimbulkan suara rintik yang terdengar menenangkan—ironi bagi detak jantung Alea yang makin kacau.
Di hadapannya, sebuah meja kayu panjang terhampar. Di atasnya, selembar map hitam dengan stempel Arsenio Corp menunggu untuk dibuka. Davin duduk di seberangnya, kaki disilangkan santai, jemari meremas gelas kopi yang sudah dingin. Tatapannya tak pernah lepas dari Alea—tajam, seolah menembus lapisan pikirannya yang berantakan.
Alea menarik napas panjang sebelum membuka map itu. Jemarinya sedikit gemetar. Baris demi baris kata tertulis di atas kertas putih tebal, seolah merantai hidupnya dalam tinta hitam.
“Kontrak Pernikahan Sementara”
Kalimat itu terpampang di halaman depan, seperti vonis mati bagi kebebasannya.
Alea membaca pelan-pelan:
Pernikahan berlangsung selama 12 bulan, tak bisa diputus sebelum waktunya.
Semua keuangan Alea, termasuk rekening tabungan, akan dikendalikan Davin.
Alea wajib menjaga citra pernikahan di depan publik—berperan sebagai istri setia.
Hubungan fisik bukan kewajiban, tapi hak mutlak Davin jika diinginkan.