Kontrak Dengan Dewa Pengangguran

slya
Chapter #2

Bab 2: Makhluk Aneh di Meja Belajar

Pagi datang terlalu cepat.

Dara terbangun dengan kepala pening dan tubuh lemas. Ia duduk di tempat tidur, mengingat kilasan semalam—coretan aneh, cahaya terang, dan… makhluk kecil yang makan ramen sambil bicara santai.

Dara melirik sekeliling kamar. Hening. Normal. Tidak ada cahaya biru, tidak ada makhluk mungil.

Dia menarik napas lega.

“Mimpi,” gumamnya. “Cuma mimpi. Mungkin akibat kurang tidur dan stres.”

Tapi saat ia berbalik untuk mengambil tasnya—tersedaklah Dara melihat sosok familiar sedang duduk santai di kursi belajar.

“Pagi,” sapa makhluk itu sambil membaca komik. “Ada roti? Gue kelaparan.”

Dara menjerit, setengah melompat ke ujung kasur. “LO MASIH DI SINI?!”

“Ya iyalah. Ini kontrak, bukan one-night-stand,” jawab makhluk itu kalem.

Makhluk itu—Kumo, begitu dia menyebut dirinya semalam—masih mengenakan jubah kelabu kebesaran. Rambutnya seperti kapas acak, matanya sayu, dan ekspresinya seperti orang baru bangun tidur meski sedang duduk tegak.

Dara mencubit pipinya sendiri.

“Aduh!”

“Oke, jadi gue nggak mimpi...”

“Selamat datang di realita baru lo,” kata Kumo. “Kontrak sudah terikat. Gue di sini buat bantu lo keluar dari hidup yang... yah, cukup menyedihkan.”

Dara menarik napas dalam-dalam. “Oke. Logika. Ayo pakai logika.”

Ia mengambil buku catatan dan mulai menulis:

Hipotesis: Ada makhluk aneh di kamar saya yang mengaku dewa pengangguran.

Variabel: Kehidupan saya hancur. Tugas hancur. Mungkin ini gejala gangguan psikologis.

Solusi: Hubungi psikolog?

“Lo ngomong sendiri?” tanya Kumo sambil mengunyah biskuit yang entah dari mana ia dapatkan.

“Lo nyata?” balas Dara tajam.

“Menurut lo?”

Kumo mendekat dan—colak-colek pipi Dara.

“AUH!” Dara menepis tangannya. “Oke, itu... nyakitin.”

“See? Gue nyata. Tapi tenang aja, cuma lo yang bisa lihat dan denger gue. Kalau gue muncul di depan umum, orang lain bakal ngira gue boneka atau peliharaan aneh.”

“Bagus. Jadi gue bisa nyalahin lo kalau mereka manggil gue gila.”

Lihat selengkapnya