Kontrak Dengan Dewa Pengangguran

slya
Chapter #4

Bab 4: Cahaya Biru dan Lorong Kosong

Jam dinding di kelas menunjukkan pukul 16.17 ketika Dara berjalan sendirian menyusuri lorong belakang gedung kesenian. Biasanya, jalan ini dilewati anak-anak seni rupa untuk shortcut ke studio. Tapi hari itu terasa aneh—sepi, terlalu sepi.

"Kumo, lo yakin ini tempatnya?" bisik Dara pelan.

Gantungan kunci berbentuk gumpalan kain berwajah malas di tasnya menggeliat pelan. Lalu suara khas Kumo muncul di pikirannya, seperti siaran radio pribadi.

"Yup. Energinya kuat banget di sini. Campuran antara amarah dan keputusasaan... manis banget buat entitas gelap."

“Lo ngomong kayak vampir nyium bau darah,” Dara mendecak.

“Ya hampir mirip. Tapi gue gak gigit orang. Paling... Gue serap energinya dikit.”

Dara menatap ke arah lorong. Lampu-lampu neon yang terang tiba-tiba redup di langit-langit berkelip tak stabil. Salah satu pintu ruangan terbuka sedikit, mengeluarkan suara derit pelan.

Saat melangkah lebih dekat, udara mendadak dingin. Bukan dingin biasa, tapi dingin menusuk yang bikin kulit merinding meski matahari belum benar-benar terbenam.

"Hati-hati. Jangan masuk dulu." Kumo bersuara serius kali ini.

Dara berhenti. Dari dalam ruangan, ia melihat sesuatu di lantai: simbol aneh yang terukir samar dengan sisa kapur putih. Lingkaran, garis-garis menyilang, dan satu pola seperti mata terpejam.

"Ini kayak simbol di buku 1000 Cara Jadi Sukses yang gue coret-coret waktu itu dan lo muncul..." gumam Dara.

"Persis. Tapi ini bukan bikinan lo. Ada orang lain yang membuka kontrak. Tapi entitas yang datang... bukan macam gue. Ini lebih lapar," ucap Kumo dengan nada serius dan membuat Dara semakin merinding.

---

Tiba-tiba terdengar langkah kaki dari belakang. Dara menoleh cepat. Seorang mahasiswa laki-laki muncul, wajahnya pucat.

"Anjay, Edward Cullen lewat," ucap Kumo.

“Hei... kamu juga liat cahaya biru ya?” tanyanya lirih.

Dara mundur setengah langkah. “Kamu siapa?”

Lihat selengkapnya