BRUK!
Danas yang sedang asyik mengecek draft notulen rapat gabungan antara Dewan Komisaris dan Direksi perihal Pencapaian bulan Maret yang telah selesai dibuat oleh salah satu staf khusus dibidang catat-mencatat notulen, dikejutkan dengan tumpukan dokumen yang dibawa Ayu, salah satu bawahan lainnya yang khusus ditugaskan pada Hubungan Antar Lembaga atau bahasa trend-nya sebagai Humas di Divisi Corporate Secretary.
“Ini apa?” Tanya Danas menunjuk dengan pulpen yang sedari tadi dipegang olehnya. Hal yang menjadi kebiasaan tak sadarnya ketika konsentrasi pekerjaan menyedot sumbangsih sel-sel otaknya. “Tidak paper less sekali Yu? Tumben?”
“Mbak Danas lupa ya? Seminggu yang lalu Mbak Danas meminta data-data mengenai Ganendra Adiwilaga, calon partner bisnis penting perusahaan kita ini,” Ayu duduk bersandarkan punggung kursi yang ada tepat di depan meja kerja Danas. Ia mengibas-ngibaskan wajahnya yang cukup berkeringat karena membawa dokumen tadi dengan kesepuluh jarinya seolah ia baru saja berhasil menyelesaikan misi berat yang diembannya sebagai bagian Tim Humas, yaitu menjadi telik sandi dalam mengumpulkan data-data calon partner bisnis yang akan ditemui oleh Direktur Utama mereka selengkap-lengkapnya agar proses negoisasi dapat berhasil dan berjalan lancar.
Terkesan seperti pekerjaan marketing, namun percayalah, menjadi bagian dari Corporate Secretary suatu perusahaan itu adalah pekerjaan ‘never ending story’ yang menuntut seluruh anggotanya harus terus belajar menimba pelbagai ilmu dan rajin mencari tahu akan orang-orang yang terkoneksi dengan pimpinan tertinggi perusahaan tempat mereka bekerja serta tak melupakan kemampuan ilmu komunikasi yang mumpuni sebagai senjata ampuhnya. Hal yang tidak banyak diketahui oleh kebanyakan orang karena hanya melihat dari sisi luarnya saja yaitu sebagai asisten pribadi seorang Direktur yang penuh kontra seakan menggoda para pimpinannya untuk berbuat hina. Jika demikian, sudilah kiranya mereka yang memiliki pikiran nan picik untuk diberi pelatihan khusus menjadi seorang sekretaris perusahaan profesional. Meskipun tak dipungkiri oleh Danas bahwa godaan-godaan itu nyata adanya namun berusaha dibentenginya dengan integritas tinggi sebagai pegangannya untuk menjaga harga dirinya.
“O iya, hampir lupa,” Danas mengetuk dahinya dengan pulpen menyadari kealpaannya. “Maklum, banyak yang harus dikerjakan...,” Ringisan rasa bersalah ditunjukkan gadis itu pada Ayu yang telah bersusah payah mendapatkan informasi mengenai seorang Ganendra Adiwilaga. Sosok public figure dengan jumlah pengikut di media sosial yang di luar nalar kepalanya namun penuh kemisteriusan dimana ia dan timnya mencoba sekuat tenaga untuk menelisiknya. Ia membuka lembar demi lembar kertas berisi profil sang pewaris tahta kerajaan bisnis Adiwilaga Group yang tidak hanya dikagumi oleh kaum hawa karena ‘kesempurnaan’ yang dimiliki olehnya namun juga dikagumi oleh kaum pria atas segala tindak tanduknya dalam kegiatan maskulinitas yang selalu disampaikan tidak hanya di akun pribadinya namun juga di kolom berita media lainnya.
“Ganendra Adiwilaga…,” Gumam Danas sambil mengusap-usap dagunya dengan kelima jari tangan kirinya. Apa yang istimewa darimu sehingga atasan tertinggiku begitu menginginkan untuk menjalin kerja sama denganmu? Bahkan tim humas andalanku saja yang paling haus info untuk urusan mengetahui seluk-beluk orang penting di dalam dunia bisnis merasakan frustasi mencari informasi tentangmu…
“Keren ya Mbak dia,” Rasa takjub Ayu tak henti-hentinya disampaikan kepada sosok tercetak nyata di kertas seakan memuja tiada tara. “Muda, tampan, berprestasi dan baik budi. Jika diibaratkan, ia seperti pangeran dari negeri mimpi yang terwujud nyata di hadapan mata kita para kaum jomblo ini untuk berfantasi hingga lupa diri. Bagaimana tidak, dengan kualitas yang luar biasa itu lelaki nan gagah perkasa bak ksatria tersebut masih berstatus single di usianya yang menginjak ke tiga puluh lima tahun. Padahal dengan jentikan jari tangannya yang seperti Thanos sang villain The Avengers, ia mampu mendapatkan perempuan manapun. Dan lebih gilanya, selain banyak pengikutnya, lelaki ini pun banyak pembencinya. Mungkin iri dengan apa yang dicapai dan dimilikinya.”
“Kau sedang menyindirku Yu?” Entah mengapa ada sengatan kecil menusuk di dada Danas seakan ia yang merasa terhina dengan ucapan tersilat Ayu.