Danas mengawasi kesibukan untuk acara hari Senin pagi ini di ruang rapat utama lantai 7. Meskipun telah dipersiapkan sejak minggu lalu, rasanya jika ia dan timnya tidak datang lebih pagi hari ini hal itu sama saja seperti mengajak bunuh diri. Terkesan berlebihan sebenarnya di mata Danas mengingat penandatanganan kontrak kerjasama dengan perusahaan swasta lainnya tidak menggunakan seremoni seheboh ini hingga harus menguras energi yang luar biasa. Namun jika sudah titah Baginda Direktur Utama apalah daya dirinya sebagai bawahan langsungnya untuk dapat mengerjakan amanah itu sebaik mungkin mengingat kerja sama dengan mitra yang satu ini adalah momentum pencapaian besar perusahaan tempatnya bekerja karena jumlah investasi yang luar biasa besarnya dan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak bahkan sekelas Menteri BUMN pun harus turun dari langit untuk menghadirinya sehingga menambah level stresnya saja. Sepertinya setelah acara hari ini ia yakin banyak yang akan meminta cuti dari Divisinya dan tinggallah dirinya merasa sendirian menahan pahit terpaksa menunda lagi cuti untuk liburannya yang sudah pasti akan diprotes oleh Milly mengingat mereka pernah membuat kesepakatan bersama bahwa setiap setahun sekali untuk jalan-jalan ke luar negeri dalam rangka menghibur diri.
Satu per satu dilihatnya para direktur perusahaannya memasuki ruangan dengan asisten pribadinya masing-masing yang tentu saja merupakan bawahannya juga namun dengan level yang berbeda. Para direktur tersebut berjabat tangan dengan Menteri BUMN dan pasukannya yang telah hadir terlebih dahulu sebelumnya. Sebuah kode etik untuk dirinya dan tim sekretarisnya jika salah satu tamu penting sang direktur telah tiba maka harus segera menginstruksikan di dalam group khusus agar menginfokan para direkturnya untuk hadir di ruangan yang telah ditentukan. Tak lama kemudian orang-orang yang ditunggu akhirnya tiba. Sosok Ganendra Adiwilaga beserta orang-orang pentingnya. Bak magnet dengan segala aura ketertarikan dan wibawa yang tak dapat ditolak oleh siapapun, seluruh mata memandang terpusat kearah lelaki itu kecuali Danas. Ia justru tersorot pada lelaki di sebelah kanan Ganendra.
Dharma? Aku nggak salah lihat kan? Danas mengusap-usap matanya untuk meyakinkan bahwa penglihatannya masih normal. Iya, dia benar-benar Dharma kok, apa yang dilakukannya di sini? Apakah ia bekerja pada Ganendra Adiwilaga? Kok Milly nggak pernah cerita?
“Pak Ganendra, selamat datang di kantor kami,” Bagaskara, Direktur Utama sekaligus atasan langsung Danas berjalan menyambut Ganendra.
“Terima kasih Pak Bagas atas sambutannya,” Ganendra tersenyum dan menyambut uluran tangan kanan Bagaskara untuk berjabatan. Sesekali tatapan matanya mengarah kepada sosok perempuan yang mendampingi Bagaskara di sisi kiri pria paruh baya tersebut yang tak lain dan bukan adalah Danas yang nampaknya masih sibuk mencerna penglihatannya akan sosok Dharma namun ditutupi gadis itu dengan sikap sempurna dan profesionalnya. Rasanya kebetulan itu sungguhlah tidak ada di dalam kamusnya karena hal itu hanya ada di roman-roman picisan saja.
“Kenapa kau bisa ada di sini Dharma?” Bisik Danas kepada Dharma.
“Pertanyaan yang sama untukmu Danastri?” Jawab Dharma sambil berbisik pula. Ekspresi wajah lelaki itu antara senang bercampur kaget karena bisa melihat sosok sahabat dari tunangannya yang keras kepala karena selalu menolaknya. Padahal kan ia juga paket komplit untuk kriteria lelaki idaman meskipun tak sesempurna sepupunya, Ganendra. Kalau benar gadis itu bekerja di sini, ia bisa sering mengorek-ngorek informasi tentang tunangannya kan? Ibarat seperti pepatah, sambil mendayung dua tiga pulau terlampau. Senyuman miring pun tercetak lebar di wajah Dharma. Milly, kau sudah tidak dapat lari dariku!
“Ah, sudahlah, nanti kita bicarakan setelah acara ini selesai,” Lanjut Danas setelah mendapat kode dari Bagaskara untuk memulai acara pagi hari ini. “Waktunya kita profesional dulu!”
“Ok!” Dharma mengacungkan jempol kanannya dan segera menyusul Ganendra yang telah duduk di depan aula ruang rapat bersama Direktur Utama yang sebentar lagi akan melakukan penandatanganan kontrak kerja sama bisnis peti kemas dan Danas segera kembali duduk di sebelah Rita, sekretaris Direktur Utama sekaligus MC untuk acara hari ini.
“Kau kenal gadis itu?” Tanya Ganendra berbisik pada Dharma.
“Dia sahabat tunanganku,” Jawab Dharma santai.
“Oo…,” Respon Ganendra singkat.
“Tapi tunggu, tumben kau perhatian dengan perempuan? Apa kau tertarik dengannya?” Dharma yang tersadar akan sesuatu yang tak biasa ditanyakan oleh Ganendra menjadi penasaran. “Aku bisa mencari tahu tentangnya untukmu.”
“Tolong dicek sekali lagi dokumen kontrak ini sebelum kutandatangani,” Ganendra dengan sigap segera mengalihkan pembicaraan.
“Eh, bukankah sudah kucek sebanyak lima puluh kali sampai mataku sakit waktu itu dan pada revisi terakhir sudah tidak ada kesalahan? Kan kan juga ikut mengeceknya bersamaku,” Dharma mengernyitkan dahi bentuk protes. “Kenapa harus dicek kembali?”