Danas menapakkan sepasang kaki jenjang miliknya ke jalan berbahan batu yang mengarahkan dirinya kepada gerbang Keraton Ratu Boko. Ia menghirup dalam-dalam udara sejuk di pagi hari dengan belaian angin sepoi-sepoi menyapa lembut di pipinya. Dedaunan hijau ikut bergoyang mengikuti arah angin seolah menyambut kedatangan Danas. Di setiap tapak kakinya, Danas mengingat kembali pembicaraan dengan atasannya sebelum memutuskan pergi ke tempat yang memanggil hatinya untuk mengunjunginya.
“Mbak Danas tidak apa-apa saya tinggal duluan kembali ke Jakarta?” Tanya Bagaskara khawatir mengingat meskipun Danas dikenal sebagai perempuan kuat dan tahan banting selama menjadi bawahannya sebagai CorSec, statusnya sebagai seorang perempuan single dan ditinggal sendirian di kota asing seperti saat ini agak menelisik hatinya.
“Tidak apa-apa Pak, hitung-hitung refreshing otak sejenak di kota ini untuk menghabiskan weekend saya,” Jawab Danas, berusaha menenangkan atasannya itu sambil mengantarkan Bagaskara keluar lobi hotel tempat mereka menginap selama tiga hari dua malam sejak hari Kamis lalu.
“Ya sudah, saya kembali duluan ya Mbak,” Lanjut Bagaskara sebagai ucapan perpisahan. “Kalau ada apa-apa jangan segan-segan menghubungi saya dan Ibu.”
“Hati-hati Pak, salam untuk Ibu dan anak-anak di rumah,” Danas menutup pembicaraan. “Rita, nitip Bapak ya.”
“Siap Bu!” Sahut Rita penuh semangat dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan sementara hingga bayangannya dan atasannya menghilang dari hadapan Danas.
“Kalau ada apa-apa jangan segan-segan menghubungi saya dan Ibu.” Bagaskara kembali memberikan penegasan.