KONTRAK JIWA

Anggun Kartika
Chapter #16

16-"Aku Kembali"

“Jonggrang, aku harus pergi besok,” Ucap Bandung Bondowoso sambil memeluk mesra tubuh langsing Jonggrang. Entah bagaimana ceritanya, pertemuan mereka yang cukup intens menimbulkan benih-benih cinta diantara keduanya tanpa tahu siapa sebenarnya diri mereka masing-masing. Cinta telah membutakan keduanya hingga lupa menyampaikan hal terpenting dalam sebuah hubungan yaitu kejujuran.

“Apakah itu artinya kau akan meninggalkanku Bandung?” Jonggrang yang sedari tadi menggelayut manja di dada bidang Bandung sontak mendongak kearah wajah Bandung. 

“Hanya sementara Jonggrang, hanya sementara,” Bandung berusaha menenangkan gadis pujaannya itu yang nyaris membuatnya lupa tujuan utama masuk menjadi telik sandi untuk mengetahui peta kekuatan Kerajaan Prambanan jika saja ia tak menerima sepucuk pesan dari ayahandanya melalui seekor burung dara yang meminta untuk fokus dan mempersiapkan siasat guna mengalahkan musuh bebuyutan Kerajaan Pengging yang selalu berhasil menghalau mundur pasukan mereka. “Jika aku telah selesai dengan urusanku, aku akan membawa kedua orang tuaku untuk melamarmu Jonggrang.”

“Bagaimana bisa kau seyakin itu untuk melamarku Bandung sementara kau tak tahu siapa sebenarnya diriku? Sama halnya aku yang tak tahu siapa sebenarnya dirimu selain kau adalah ksatria mandraguna dengan kekuatan digdaya,” Jonggrang tersenyum samar penuh arti.

“Aku memang tidak tahu siapa sebenarnya dirimu dan menghargai keputusanmu itu. Namun aku tahu bahwa kau bukanlah orang biasa seperti rakyat jelata lainnya,” Bandung balas menatap Jonggrang dan semakin mengeratkan pelukannya. Tak lupa ia mengecup kening gadis itu untuk menyalurkan rasa cintanya. “Dengar Jonggrang, cinta tidak memandang siapa diri kita, namun perasaan tulus dari dalam lubuk hati. Jika misiku telah selesai, aku akan datang kepadamu untuk menunjukkan siapa sejatinya diriku dan melamarmu.”

Danastri terbangun dari tidurnya. Ah, mimpi yang tak kesudahan itu kembali muncul seperti potongan-potongan adegan yang semakin lama semakin nyata dapat disimpulkan bahwa mimpi-mimpi yang dialaminya bukanlah mimpi kosong belaka. Ia memandang sekelilingnya dengan sedikit linglung dan menyadari bahwa ini bukan kamar hotelnya tempat ia menginap.

“Aku dimana?” Tanyanya pada diri sendiri penuh kebingungan. Seingatnya ia sedang berjalan di area wisata Candi Boko. 

“Kau ada di kamar hotel tempatku menginap,” Suara berat nan khas yang cukup dikenal Danastri membuatnya menoleh kearah sosok itu. 

“Bandung…, kaukah itu?”

Lelaki tersebut terkejut dalam diam ketika ia mendengar cara bicara dari gadis di hadapannya ini. Cara bicara yang hanya dimiliki gadis yang sangat ia dambakan untuk bertemu di kehidupan sekarang setelah ia hampir putus asa mencari hingga harus memaksa sosok reinkarnasinya untuk melakukan hal-hal di luar nalar sebagai dirinya sendiri.

“Apakah kau sudah bisa mengenaliku Jonggrang?” Ganendra terkejut dengan apa yang diperbuat olehnya. Tubuhnya secara otomatis mendekati Danastri dan tangan kanannya menyentuh pipi kemerahan alami milik gadis itu dengan penuh kelembutan. Hal yang seumur hidupnya tak pernah dilakukan oleh dirinya sendiri.

“Apakah kau sengaja melakukan ini padaku Bandung?” Danastri membalas usapan tangan di pipinya dengan menyentuh punggung tangan tersebut. “Tapi mengapa?”

“Karena aku merindukanmu Jonggrang,” Lelaki itu kini menakup wajah Danastri dan menempelkan dahinya pada dahi gadisnya itu untuk mengalirkan kerinduan miliknya. “Apakah kau tak merindukan diriku?”

“Aku juga sangat merindukanmu Bandung.”

Oh tidak, ini semakin mengerikan! Teriak Ganendra dalam hati karena merasa perbuatan yang dilakukan oleh dirinya yang sedang dikendalikan oleh Bandung Bondowoso tidaklah sopan dan bertentangan dengan jati dirinya yang asli.

PLAK! Tepukan cukup keras di kedua pipi Danastri memberikan efek sengit sehingga membuatnya berteriak cukup keras. 

“Aaawwww, sakit!” 

“Makanya jangan mengigau! Kau kerasukan sesuatu ya di tempat tadi?” Ganendra menyentil dahi Danastri untuk menyadarkannya dari pengaruh Roro Jonggrang. “

“Celaka dua belas!” Danastri yang telah sadar sepenuhnya kemudian menjadi panik dan berdiri dari pinggir tempat tidur. “Sekarang hari apa? Sudah jam berapa? Gawat-gawat, Aku harus bersiap pulang ke Jakarta! Bisa digantung oleh Baginda Raja nanti kalau sampai tidak bisa hadir di kantor tepat waktu!”  

Melihat kepanikan dari Danastri yang tak pernah diduga olehnya dapat terjadi pada sosok berpembawaan tenang dan dewasa dari seorang Corporate Secretary salah satu perusahaan penting yang menjadi salah satu mata rantai dunia kemaritiman tak pelak membuat Ganendra tertawa geli. Tak ia sangka ada kejutan kecil namun cukup menelisik hatinya terhadap seorang Danastri Candramaya.

Lihat selengkapnya