KONTRAK JIWA

Anggun Kartika
Chapter #17

17 - "Awal Mula Bencana"

"Bandung,” Panggil Prabu Darma Maya.

“Iya Ayahanda,” Bandung Bondowoso tersadar akan lamunannya memikirkan sang pujaan hati nan jauh di sana setelah sekian lama ia menjejalah hingga menjadi ksatria mandraguna. Bicara mengenai nama Bandung Bondowoso, tentulah perlu mengetahui asal-usul mengenai nama tersebut. Nama asli Bandung Bondowoso adalah Joko Bandung, demi mewujudkan ambisi ayahandanya mengalahkan Prabu Boko yang bertubuh raksasa dengan ilmu kanuragan yang tak tertandingi, ia bergolak dengan bertapa di wilayah berbahaya yang bisa mengancam nyawanya hingga harus berduel dengan seorang raksasa sakti yang bernama Bondowoso penguasa wilayah tersebut. Ilmu kanuragan keduanya sama-sama tinggi. Bondowoso akhirnya kalah dan terbunuh oleh Bandung. Joko Bandung meminta izin agar roh Bondowoso menyatu dalam tubuhnya dan menginginkan namanya digabung dengan Joko Bandung. Pemuda itu sepakat dengan nama barunya, Bandung Bondowoso. Kesaktiannya pun kian tak tertandingi dan memantapkan diri bisa mengalahkan Prabu Boko. 

“Kau lihat hamparan hijau nan indah seperti ini, Bandung?” Prabu Darma Maya meneruskan ucapannya sambil menunjukkan hamparan tanah subur kekuasaan Kerajaan Prambanan. “Aku sudah memutuskan bahwa besok kita akan menyerang Kerajaan Prambanan dan menguasai tempat ini.” Sudah lama dirinya tidak seyakin ini untuk dapat mengalahkan Prabu Boko setelah sekian lama ia berusaha menyerang namun tak pernah dapat menembus pertahanan Prabu Boko dan punggawanya. Hingga akhirnya datang bala bantuan putranya yang tak pernah ditemui olehnya sejak ia memutuskan tak akan pulang ke Kerajaan Pengging jika dirinya belum dapat menaklukkan Kerajaan Prambanan. 

“La…, lantas bagaimana penduduk di sana Ayahanda?” Bandung Bondowoso khawatir dengan Jonggrang yang merupakan salah satu penduduk Kerajaan Prambanan. Ia tak mau Jonggrang menjadi salah satu korban invansi dari pihak keluarganya. Ia bisa saja dibenci oleh Jonggrang jika hal tersebut terjadi dan hal itu bukanlah yang ia mau.

“Kau tak perlu khawatir putraku, kita akan berperang di medan perang, bukan di daerah padat penduduk, pastikan kau memantapkan hati untuk dapat mengalahkan Prabu Boko. Setelah itu Ayahanda serahkan seluruh daerah Prambanan untuk kau tata sedemikian rupa sesuai kemauanmu selama panji Kerajaan Pengging berkibar di Tanah Prambanan ini,” Prabu Darmamaya menepuk punggung Bandung Bondowoso. Entah mengapa Prabu Darma Maya merasakan ada yang mengganjal di hati putranya itu. Tugasnya adalah meyakinkan bahwa Bandung bersedia menjadi senjata pamungkasnya untuk merebut tanah impiannya itu.

Bandung yang merasa mendapatkan lampu hijau kembali bersemangat untuk siap bertempur. Ia tak tahu bahwa obsesinya itu adalah awal dari sebuah bencana yang akan dirinya sesali di kemudian hari.

Bandung Bondowoso bersama pasukannya ke medan perang untuk memerangi Prabu Boko. Setibanya di sana, pertempuran sengit pun tak terelakkan lagi. Bandung Bondowoso berhasil menaklukkan Prabu Boko hingga tewas terkena senjata sakti miliknya. Pasukan Prabu Boko yang mengetahui kematian rajanya segera berlari mundur menuju Kerajaan Prambanan untuk memberitahukan kondisi darurat hal tersebut kepada sang putri Prabu Boko.

***

Danas terus terdiam di depan layar ponselnya. Saat ini dirinya sudah kembali beraktifitas di kantor seperti sedia kala. Ia sampai sekarang masih tak habis pikir dengan semua kejadian yang dialaminya selama di Yogyakarta. Niat hanya untuk menenangkan diri atau me time istilah nge-trend-nya saat ini setelah menjalankan tugas melayani Para Punggawa berakhir dengan pertemuan ajaib yang melibatkan dirinya bersama Ganendra Adiwilaga, berbincang-bincang santai tanpa pertahanan seperti yang ia lakukan pada lawan jenisnya sejak dirinya putus dari Arya hingga menjadi mutual friend di salah satu media sosial yang begitu booming saat ini namun bertolak belakang dengan tujuan awal dirinya memiliki akun tersebut yaitu hanyalah bagian tugasnya sebagai CorSec untuk mengecek dan memantau anggota timnya dalam mengolah berita perusahaan. Mimpi pun rasanya terlalu indah untuk menjadi nyata.

Lihat selengkapnya