Fahmi menghela nafas,lalu kemudian menyandarkan punggungnya(yang sebetulnya sedang tidak pegal-pegal amat) pada sandaran kursi kantor yang sedang didudukinya.Fahmi melirik jam dinding,waktu sudah menunjukkan pukul 22 lewat 15,kurang dari 2 jam lagi sebelum akhirnya lomba penulisan naskah selesai dan Fahmi harus mengirim naskah novelnya melalui surel.
Apabila tidak harus bergantung pada tema,Fahmi dengan leluasa bisa menuliskan kisah apapun yang ia kehendaki.Mulai dari kisah fantasi tentang perjuangan titisan dewa-dewi penguasa empat elemen dasar melawan kekejaman para kolonialis,kisah kehidupan remaja tentang seorang anak manja yang cabut dari rumahnya,hingga kisah aksi yang diselingi oleh bumbu romansa,kisah-kisah tersebut selalu ada dalam benak Fahmi hampir di setiap saat.
Saat-saat ketika Fahmi melaju dengan lelet mengendarai speda motor honda,ketika Fahmi sedang berjalan memutar sembari melihat langit-langit ruangan tidurnya,hingga saat