Aku Pratama Adam Putra Adidaya also as know Papa. Mahasiswa program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Religius Alhamduilah also as know Unreal. Liburan semester kemarin, aku tidak libur, benar-benar tidak merasakan libur dan tidak sempat berleyeh-leyeh di rumah. Karena harus mengikuti kegiatan kuliah kerja nyata (KKN), program wajib dari kampus yang bobotnya 4 sks. Semua mahasiswa yang ingin lulus, pasti mengikuti KKN, kecuali mereka yang punya privilese. Privilese seperti apa? Nama mereka terdaftar di kelompok sebagai peserta aktif, tetapi mereka tidak berada disana, tidak perlu menetap di desa selama hampir 2 bulan.
Misalnya seorang publik figur di Unreal, dia memilih menjadi donatur kelompok. Mengakomodir semua biaya-biaya yang dikeluarkan kelompok, sesuai kesepakatan. Jadi anggota kelompok yang lain tidak perlu mengeluarkan uang se-persen pun, pokoknya bebas biaya! Berbeda dengan anggota kelompok lain yang harus patungan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari, sewa tempat tinggal, termasuk membiayai program dan kegiatan kelompok. Pihak kampus memberikan anggaran kepada setiap kelompok, tapi boro-boro cukup untuk makan. Ada opsi sumber dana lain, misalnya dari sponsor. Beberapa kelompok, aku dengar; mendapat dana dari sponsor. Kriteria kelompok yang anggotanya pintar membuat proposal, dan rajin mengirim ke berbagai tempat. Atau kelompok yang orang tuanya bekerja di perusahaan bonafid dan instansi pemerintah.
Kembali ke cerita-ku, aku tidak ingin membahas terlalu jauh si publik figur itu, karena dia seorang wanita yang selalu tampil lucu di televisi nasional, atau berkeluh-kesah tentang sumber dana dan privilese KKN.
Kini, aku memasuki fase akhir perkuliahan. Semester terakhir yang memiliki jadwal mata kuliah tetap. Setelah semester ini, tinggal bagaimana aku; ingin segera lulus atau menunda-nunda hingga batas yang ditentukan kampus.
Menurut-ku, paling tidak, ada tiga alasan mengapa mahasiswa menunda kelulusannya:
1. Karena tidak tau bagaimana menyelesaikannya;
2. Terjebak pada zona nyaman sebagai mahasiswa;
3. Ingin mencari pekerjaan yang layak sebelum benar-benar meninggalkan status mahasiswanya, jadi tidak ada fase menganggur dalam hidupnya.