Kopi Saset

Fahdrizal Muftin Aryatama
Chapter #4

Transportasi

Karena Cata mengatakan taksi online termasuk transportasi umum, aku jadi tercengang. Sejak kapan? Bagaimana bisa? Apa pedomannya? Aku memang bukan ahli di bidang perhubungan, tetapi sangat jelas kalau taksi online tidak memenuhi syarat sebagai transportasi umum.

Pertama, sistem kerja mereka menggunakan aplikasi, yang berarti tidak memiliki rute khusus atau trayek. Kedua, dalam satu moda tidak dapat digunakan secara massal. Ketiga, tarif atau harga yang tidak tetap. Keempat, mereka tidak berplat kuning. Kelima, apa bedanya mereka dengan transportasi pribadi yang membawa beberapa orang temannya sepulang kerja dan menurunkan teman-temannya pada titik tujuan masing-masing.

Cata kembali, membawa botol minum yang terisi penuh dan dingin. Berhenti disebelah ku dan berkata. "Tetapi taksi konvensional yang berplat kuning itu termasuk transportasi umum kan?"

Lalu, Cata melempar senyum dan berjalan menuju kebun, meninggalkan aku dan pertanyaan tentang kategorisasi transportasi.

Aku tau betul, taksi merupakan bagian dari transportasi umum dengan klasifikasi, melayani penumpang tidak dalam trayek, dan memiliki ciri-ciri berplat kuning, dan memakai agrometer dalam menentukan tarif atau harga. Sementara taksi online, termasuk ke dalam angkutan sewa khusus tidak dalam trayek.

Cata kembali lagi. "Kalo bukan termasuk transportasi umum, jadi termasuk apa taksi online itu?"

"Angkutan sewa khusus." Kata ku.

"Tetapi bukannya taksi online diperuntukkan kepada masyarakat umum? Siapa pun boleh menggunakannya kan?" Cata masih bersikeras dengan pendapatnya.

Aku langsung menjawab. "Tetapi taksi online tidak memenuhi syarat, dalam satu moda digunakan secara massal."

"Sekarang sudah ada fitur sharing, kita bisa satu mobil dengan orang lain, mungkin maksimal empat sampai lima orang, tergantung kapasitas mobil dalam satu rute." Sahut Cata.

Aku hanya perlu menjawab, satu hal yang ada pada taksi konvensional, tetapi tidak dimiliki oleh taksi online. "Taksi online tidak berplat kuning."

"Oh iya kamu benar!" Cata menyerah. Dan aku tidak pernah berkata dia salah.

"Apa bedanya taksi online dengan kendaraan pribadi yang membawa teman-teman kantornya yang rutenya searah?" Aku balik bertanya.

"Teman-temannya tidak menerima argo atau tarif atas jasa tersebut." Ucap Cata dengan gamblang.

"Aku mau pulang sekarang, kamu mau antar aku atau aku naik angkutan sewa khusus?" Tambah Cata.

"Aku antar kamu pulang, naik motor saja ya? Aku malas bermacet-macetan ria." Respon ku.

"Naik sepeda pun aku mau, asal dibonceng." Sahut Cata.

"Kalau boleh memilih dan berimajinasi, aku ingin naik perahu. Jadi kita sama-sama mendayung." Aku menggodanya.

Cata tertawa kecil. "Aku pamit dulu sama Ayah, Bunda dan Popi."

"Aku prepare dulu kalo gitu." Lalu, aku berjalan menuju kamar.

Usai berpamitan, Cata mengetuk pintu kamar, berkali-kali. "Sebentar" kata ku.

"Ga usah rapih-rapih, kan mau antar aku pulang doang. Apa kamu mau ajak aku lunch?" Teriak Cata.

"Iya, iya." Aku asal jawab, biar dia tidak bicara lagi.

Lihat selengkapnya