Vero menikmati profesinya sebagai barista, kalo kebanyakan orang anggap pekerjaan ini cukup keren dan lagi banyak diminati anak muda, tapi nggak buat Vero. Vero nggak menjadikan suatu pekerjaan sebagai hal yang jadi tolak ukur keren atau nggaknya Menurutnya, yang namanya kerja bukan berlomba untuk dapat pengakuan khalayak, tapi seberapa kita bisa tanggung jawab atas pekerjaan yang kita lakukan. Awalnya Vero cuman iseng masuk ke kedai kopi dan cuman jadi pelanggan biasa, sampai akhirnya dia penasaran tentang gimana cara pakai mesin kopi dan singkat cerita, ia bertemu dengan Kevin, orang yang sering ke kedai yang sama tempat ia ngopi. Ternyata, Kevin punya teman dikedai itu, kebetulan Kevin lagi nyari barista buat kedai yang baru mau buka.
"Tapi,gue belum terlalu paham tentang kopi"
"Udah itu mah gampang, nanti gue ajarin lu" bujuk Kevin meyakinkan Vero yang nampaknya agak sedikit ragu
Hari itu, Vero memutuskan untuk menjadi seorang barista dengan Kevin yang mengajarinya dengan sabarnya dan Vero menjadi paham bahwa jadi barista tidaklah mudah,dan selang beberapa waktu, kedai tempat Vero dan Kevin akan segera buka masuklah Alif barista part time, dia seorang mahasiswa semester 4 dan punya pengalaman sebagai barista juga, dan Alif ini kalau menurut Vero anak yang mandiri dan lumayan humble dengan orang baru.
Ada banyak tipe - tipe pelanggan di kedai tempat Vero kerja dari budak wifi, budak korporat, selebgram endorse, sampai dedek -dedek gemes yang main tik - tok.
Kayak hari ini, masih pagi tapi ada aja kelakuan pelanggan kedai yang bikin geleng - geleng kepala, kali ini yang dapet getah nya si Alif yang lagi bersama Kevin di bar.
"Saya nggak suka minum kopi, tapi saya mau minuman yang nggak terlalu manis apa ya mas?" tanya bapak-bapak berkumis bertumbuh tinggi dan berbadan bongsor
"Oh, kita ada hot coklat atau matcha, bisa dibuat nggak terlalu manis pak" jawab Alif yang menunggu keputusan si bapak sembari sesekali melirik ke luar kedai.
Bapaknya mengerutkan dahi seraya melihat menu board yang ada di dibelakang Alif.