Meski satu langkah lagi aku akan wisuda. Namun ada hal yang mengganjal di hatiku. Pulau Diam, menjadi misteri melekat di pikiranku. Bagaimana cara ke pulau itu? Pertanyaan yang selalu muncul di hatiku. Ahhh sudahlah! Meskipun itu terucap dari mulutku. Pulau Diam selalu menghantui.
Pencarian Pulau Diam, aku telusuri lewat google. Sungguh mengejutkan, tidak ada satu pun artikel yang valid tentang Pulau Diam. Semua hanya berdasarkan asumsi. Satu orang pun tidak ada menuliskan tentang pengalaman langsung. Bagaimana sebenarnya kehidupan di dalam pulau itu? kataku sambil melamun.
Sedikit saja harap ku informasi tentang Pulau Diam. Aku pergi ke ruangan Pak Goyo. Ia adalah seorang budayawan terkenal dan menjadi dosen favorite. Semoga aku bisa mendapatkan informasi Pulau Diam dari beliau.
"Tuk, tuk, tuk" ketukan pintu pak Goyo. "Masuk" perkataan dari dalam ruangan. Tampak Pak Goyo sedang mengetik pada sebuah laptop. Ia begitu serius, sehingga tidak mempersilahkan aku duduk. "Ada apa Kop?" kata Pak Goyo sambil menatap laptop. "Maaf menggangu Pak, saya hanya ingin berdiskusi" kataku. "Lho emangnya saya dosen pembimbingmu ya?" tanya Pak Goyo.
"Tidak Pak" kataku sambil tersenyum. Ia masih tetap fokus menatap laptopnya. Aku menjadi merasa bersalah, telah menggangu kesibukan beliau. "Trus kamu mau diskusi apa?" tanya Beliau. "Tentang Pulau Diam Pak" kataku.
Ia terdiam sejenak, kemudian menatapku. "Ehhh kamu kenapa berdiri?" Kata Pak Goyo. "Silahkan duduk" kata Pak Goyo. Akhirnya aku duduk, kakiku sudah mulai keram. Namun demi menghormati beliau, aku harus tetap berdiri sampai Ia mempersilahkan duduk.
"Untuk apa Kamu tau tentang Pulau Diam" kata Pak Goyo. "Saya hanya penasaran saja Pak, ingin menambah wawasan" kataku. "Pak Rudi sudah cerita, Kamu ingin melakukan penelitian ke pulau itu" kata Pak Goyo. "Ia Pak, namun tema penelitian saya tersebut sudah di ganti oleh Pak Rudi. Ia beralasan tentang keselamatan nyawaku" kataku. "Berarti Pak Rudi sudah mengambil keputusan yang benar" kata Pak Goyo. Perkataan yang membuatku lesu.
Kopi, Pulau Diam itu tidak sesederhana yang kamu pikirkan. Setau bapak, sampai sekarang belum ada orang yang melakukan penelitian ke pulau itu. Pulau Diam seperti namanya. Semua orang hanya bisa terdiam ketika di tanya tentang pulau itu. Sebab, tidak ada yang tau persis makhluk hidup apa yang hidup di pulau itu. Mendengar cerita Pak Goyo, semangatku seperti retak.
Waktu bapak masih muda, pernah ada seorang nelayan bercerita tentang Pulau Diam. Saat itu bapak sedang melakukan penelitian tentang nelayan. Nelayan itu bercerita, ia dan teman-temannya pernah berada sekitar lima puluh meter dari Pulau Diam. Saat itu ada badai dan ombak. Lantai kapal mereka mulai retak sedikit. Sehingga tidak mungkin memaksa menghantam ombak. Kapal harus mengikuti air ombak.
Saat itu lautan menggiring mereka ke arah Pulau Diam. Namun mereka dengan segera melawan ombak. Kalau kapal kita hancur, masih ada kemungkinan hidup. Namun jika terdampar ke pulau itu, kita akan mati dan mayat kita menjadi santapan. Itu adalah tekad para nelayan tersebut.