Ini adalah 0. Sebuah penjara, atau sel sekaligus sanatorium tempat penahanan khusus bagi para pengguna kaldier atau pengidap penyakit mematikan yang berbuat kriminal. Letaknya jauh dari kota Kisaran. Atau lebih tepatnya bisa disebut juga terletak di kota yang lebih besar. Orang-orang biasa menyebutnya dengan kota Medan. Di 0, para tahanan akan dilepas kalung yang selama ini menunjang kehidupannya. Tetapi mereka tidak mati. Sebagai gantinya 0 akan memancarkan gelombang Dier langsung kepada para tahanan.
0 tidak begitu besar seperti rumah tahanan pada umumnya. Bila kau pernah berjalan-jalan ke sebuah gerai bank yang berukuran 20 x 20 meter dengan dua lantai, seperti itulah tempatnya. Cukup untuk menampung puluhan orang. Dan mungkin kau berpikir ini tempat yang terlalu kecil. Iya benar. Tetapi 0 tidak hanya satu. Masih banyak 0 lain yang tersebar di penjuru kota Medan.
Selain itu, 0 adalah tempat penahanan yang sangat terbuka. Pintu-pintunya selalu terbuka dan tak pernah dikunci. Para tahanan takkan diikat, takkan dikurung dalam jeruji besi, dan takkan diklasifikasikan menurut golongannya. Semua dipersilakan bebas di dalamnya. Makan dengan makanan yang selalu disiapkan. Tidur di kasur yang empuk. Bersenda gurau dengan tahanan lainnya. Dan menggunakan beragam fasilitas hiburan yang tersedia seperti televisi. Juga adanya beberapa penjaga yang tugasnya hanya menjaga keamanan dari gangguan pihak luar. Akan tetapi, gelombang Dier hanya berada di dalam 0 saja. Iya, bila ada tahanan yang ingin melarikan diri dari tempat ini, para penjaga takkan peduli dan membiarkannya begitu saja. Dunia di luar 0 hanyalah kematian bagi para tahanan yang tak lagi memakai kaldier.
Sudah sebulan aku mendekam di tempat ini semenjak penangkapanku tempo hari bersama Yuva. Aku masih bersama dengannya. Juga dengan Arfi, Kak Alma, Tante Viola, dan Bang Auron yang juga berhasil ditangkap. Untuk kasus Bang Auron dan Kak Alma seharusnya mereka tidak ikut berada di sini. Tidak ada cukup bukti untuk menangkap keduanya. Meski begitu mereka seperti bersukarela bergabung di tempat ini, tetapi hanya dalam waktu singkat, sesuai izin pihak berwenang. Khusus aku, Yuva dan Arfi, kami menjalani masa tahanan yang berbeda-beda sesuai dengan perbuatan kami. Meski kami tak bisa kemana-mana, setidaknya kami masih bisa bersama dan tak perlu kesana – kemari mengumpulkan Life Point.
Selain itu, sudah sebulan pula Yuva tak mau bicara dengan siapapun. 0 seperti benar-benar membuatnya berasa kosong. Yang dilakukannya setiap hari hanyalah makan, minum, tidur, duduk menyendiri dengan tatapan yang kosong, dan pergi ke atap bangunan untuk sekedar bermandi cahaya matahari atau menyaksikan birunya langit. Kalau aku atau orang lain mendekatinya, dia akan buru-buru pergi. Atau bila dia sedang sedikit berbaik hati, dia takkan pergi. Dia akan menjadi pendengar yang baik tanpa diminta.