KORONA

Raja Muda Hasibuan
Chapter #21

YUVA

Namaku Yuvalika Julias. Biasa dipanggil Yuva. Usia sembilan belas tahun dan sedang berkuliah jurusan IT. Aku mengidap kanker otak sejak tiga tahun lalu. Di belahan dunia mana pun, remaja yang tiba-tiba terkena penyakit ganas pasti trauma. Saat itu, aku sempat kehilangan semangat hidup ketika mengetahui kabar ini dari dokter.

Lantas dokter pun menyarankanku untuk segera beralih menggunakan kaldier. Ah, itu kalung penyambung nyawa yang biasa dipakai oleh orang-orang yang berpenyakit ganas. Yang di bagian depannya terdapat layar kecil berisi angka-angka. Lalu kami akan mulai ditugasi untuk menolong sesama untuk menambah angka-angka yang ada di kalung itu. Aku cukup sering melihatnya. Kalau tidak salah di sekolahku juga ada beberapa yang memakai. Salah satunya adalah Eldan. Mungkin aku bisa berkonsultasi padanya saat aku sudah mengenakan kaldier. Ah, tanpa sadar semangat hidupku kembali lagi. Baik, aku akan segera memakainya.

Tidak lama kemudian aku mulai sering berkonsultasi dengan Eldan. Dia orang yang baik. Tidak hanya menjelaskan banyak hal tentang kaldier dengan caranya, dia juga mau menemaniku untuk mengumpulkan Life Point. Kami sering bekerja sama dan kami jadi semakin sering bersama. Semakin sering bersama, dan aku semakin suka padanya. Siapa sangka dia sudah menjadi pacarku sekarang. 

Saat dia berulang tahun, kuberikan ia aksesoris bermotif Hitameong – karakter kesukaanku. Aku tahu dia tak begitu berminat dengan karakter favoritku itu. Tetapi siapa peduli. Aku akan tetap memaksanya. Eldan pasti akan menurut saja karena Eldan orang yang bodoh. Orang bodoh yang paling kusayangi. Meski kami sering mengumpulkan Life Point bersama, tetapi aku sering tidak serius. Bagiku yang penting selalu bersama Eldan. Untuk urusan Life Point, asal masih ada ratusan, aku tak begitu panik. Pasti nanti akan terkumpul juga.

Suatu ketika kami berkencan untuk mengumpulkan Life Point. Eldan sudah menungguku di taman tempat yang kami janjikan. Dia sedang berdendang dengan suaranya yang bau itu. Langsung saja kugoda dia. Kemudian misi mengumpulkan Life Point pun kami lakukan. Hari ini aku tidak berhasil mengumpulkan banyak angka. Berbeda-sekali dengan sebelum-sebelumnya. Mungkin karena aku sudah lama tidak menolong orang lain, jadi kemampuanku dalam menolong berkurang dan membuat orang yang kutolong tidak merasa begitu puas.

Namun Eldan seperti punya ide lain. Ia mengajakku ke Kaldier Center untuk mengecek kalungku apakah ada kerusakan atau tidak. Saat diperiksa di sana, memang tidak ada gangguan pada kaldier milikku. Aku jadi frustrasi.

Kemudian kami beralih pada kenalan kami yang juga mengalami masalah yang sama sepertiku. Tante Viola. Kami berusaha mendapatkan masukan darinya. Namun sepertinya yang diharap tidak sesuai kenyataan. Tante Viola justru sedang pada masa kritisnya. Menurut dia sudah terjadi hal-hal yang berbeda yang dirasakannya. Tetapi dia tak menjelaskan secara rinci. Dia meninggalkan sebuah misteri agar kami sendiri yang mencari tahunya.

Aku berusaha untuk memikirkannya, namun Eldan menasehati agar kami fokus saja mencari Life Point. Aku menyetujuinya. Lalu kegiatan kami untuk menolong sesama pun kami lanjutkan di hari-hari berikutnya. Kami mendapati sepasang pengantin muda – mungkin – yang sedang pindahan. Dia menatap aku dan Eldan dengan jijik. Ini seperti tanda-tanda yang pernah dikatakan Tante Viola saat itu. Di dalam hati aku ingin mencongkel tatapan jijiknya itu.

Lihat selengkapnya