Kos 24: Rumah Para Penari Malam

R. Rusandhy
Chapter #9

BAB 8: TUMBAL PERTAMA

SCENE 1: LORONG LANTAI 3 - THE AFTERMATH Sabtu, 12 Oktober 2024, Pukul 11:46 WIB

Nadya lari ngejar Yoga, napasnya memburu. Gelang kayu kokka di tangannya kerasa anget, seolah lagi bereaksi sama energi jahat yang mendadak spike gila-gilaan di lantai 3.

Di ujung lorong, pintu kamar 301 (kamar Rani) udah kebuka lebar. Engselnya patah satu, ngegantung miring kayak rahang orang mati.

"Rani! Mbak Rani!" teriak Nadya.

Yoga udah berdiri di ambang pintu, badannya kaku. Dia nggak masuk. Dia cuma natap ke dalem dengan tangan ngepal kenceng sampai buku-bukunya memutih.

Nadya nyelip di ketiak Yoga buat ngintip.

Kamar itu kosong. Tapi kondisinya... hancur.

Bukan berantakan karena dirampok. Kamar itu basah kuyup. Kasur busa Rani basah total, air item netes-netes deres dari sela-sela sprei. Dinding kamar penuh lendir hijau lumut. Dan baunya... bau amis bangkai ikan yang dijemur seminggu.

Yang paling nyeremin adalah jendelanya. Kaca jendela nako itu pecah keluar. Besi teralisnya bengkok, melengkung keluar kayak ditekuk tenaga raksasa dari dalem kamar.

"Mana... mana Mbak Rani?" tanya Nadya, suaranya gemetar.

Yoga nggak jawab. Dia jalan cepet ke jendela yang bolong itu, ngeliat ke bawah. Ke pekarangan belakang.

"Anjing," desis Yoga pelan. Suaranya penuh keputusasaan.

Nadya ikut ngengok ke bawah. Dan pemandangan di sana bikin lututnya lemes seketika. Nadya merosot, tangannya nyengkram kusen jendela biar nggak jatuh pingsan.

SCENE 2: PEKARANGAN BELAKANG - THE LEVITATION Pukul 11:50 WIB

Di bawah sana, di antara akar-akar gantung pohon beringin dan bibir sumur tua, Rani ada di sana.

Tapi dia nggak berdiri. Dia nggak duduk.

Rani melayang.

Tubuhnya yang kurus kering, berbalut daster tidur tipis yang basah kuyup nempel di kulit, hovering sekitar setengah meter dari tanah becek. Kakinya lurus ke bawah, tangannya ngerentang kaku kayak boneka rusak.

Dari lantai 3, Nadya bisa liat sesuatu yang ngebungkus kepala Rani.

Sebuah bola air transparan. Sphere. Ukurannya pas segede helm motor, ngebungkus kepala Rani dengan sempurna dari leher sampai ubun-ubun. Di dalem bola air itu, rambut Rani ngambang liar kayak ubur-ubur.

"Kita harus turun!" teriak Yoga, langsung balik badan lari ke tangga.

Nadya ngikutin, adrenalin ngambil alih rasa takut.

Mereka turun tangga dua-dua, ngelewatin lantai 2 di mana Dewi, Santi, dan Citra udah keluar kamar, ngeriung di balkon belakang sambil nutup mulut ngeri.

"Jangan liat! Masuk!" bentak Yoga ke mereka, tapi nggak ada yang gerak. Mereka terpaku nonton eksekusi itu.

SCENE 3: GROUND ZERO - THE DROWNING Pukul 11:53 WIB

Yoga dan Nadya ngegebrak pintu dapur, lari ke pekarangan belakang. Hawa di sana beda total. Dinginnya menusuk, tekanan udaranya berat banget kayak di dasar laut. Telinga Nadya berdenging ngiiiing panjang.

Jarak mereka cuma 5 meter dari Rani. Tapi mereka nggak bisa deket. Ada dinding angin yang nahan mereka. Yoga nyoba maju, tapi terpental mundur kayak nabrak tembok karet.

"RANI!!" teriak Yoga, mukanya merah nahan marah.

Rani nggak bisa denger. Di dalem bola air itu, wajah Rani adalah definisi neraka.

Matanya melotot lebar, bola matanya merah total. Pembuluh darah di sklera-nya udah pecah semua karena tekanan air. Mulutnya kebuka lebar, rahangnya kaku, ngeluarin gelembung-gelembung udara yang nggak bisa keluar dari bola air itu.

Lihat selengkapnya