SCENE 1: PEKARANGAN DEPAN - BLOOD & IRON Minggu, 13 Oktober 2024, Pukul 17:35 WIB
"LARI KE BELAKANG! BIAR GUE YANG URUS NENEK LAMPIR INI!"
Teriakan Yoga pecah barengan sama suara besi beradu. CTANG!!
Bu Wati—atau makhluk yang make badannya—nyabetin golok daging itu dengan kekuatan yang nggak masuk akal. Yoga nangkis pake linggis, tapi tenaga bantamannya bikin dia kepental mundur sampe punggungnya nabrak pilar teras.
"Mas Yoga!!" Nadya teriak, kakinya ragu mau lari.
"PERGI, NAD! BAWA PAK GHANI KE SUMUR!" bentak Yoga, mukanya merah nahan sakit. Tangan kirinya gemeteran nahan golok Bu Wati yang diteken makin deket ke lehernya.
Bu Wati nyeringai, giginya item semua. "Anak kecil... mainannya besi karatan..."
Pak Ghani nggak buang waktu. Dia narik tangan Nadya dan Dewi. "Jangan liat belakang! Lari!"
Mereka bertiga lari ngelewatin lorong samping kosan yang sempit dan gelap, menuju pekarangan belakang. Di belakang mereka, suara BUGH dan erangan Yoga kedengeran jelas. Yoga lagi adu jotos sama iblis.
SCENE 2: GROUND ZERO - THE AQUARIUM EFFECT Pukul 17:40 WIB
Begitu kaki mereka nginjek tanah pekarangan belakang, dunia berubah.
BZZZZZTTTT.
Telinga Nadya berdenging parah sampai sakit. Gravitasi mendadak berat. Udaranya basah, dingin, dan... kental.
Nadya nyoba lari, tapi rasanya kayak lari di dalem kolam renang sepinggang. Slow motion. Dewi di sebelahnya udah megap-megap, nyekek lehernya sendiri.
"Pak... s-sesek..." desis Dewi.
"Tahan napas! Jangan dihirup dalem-dalem! Udaranya racun!" perintah Pak Ghani.
Pak Ghani jalan tertatih ke arah pohon beringin. Dia nancepin tiga batang Pasak Bumi di tanah, ngebentuk segitiga ngelilingin sumur tua itu.
Sumur itu bergejolak. Air item meluap-luap keluar dari bibir sumur kayak lahar dingin. GLUBUK... GLUBUK... Tanah di sekitar mereka mulai banjir air lumpur setinggi mata kaki.
"KELUAR KAMU, SURYANI!" Pak Ghani ngehantam tanah pake cambuk parinya. CTAR!
Air lumpur itu bereaksi. Air itu naik ke atas, ngebentuk pilar-pilar air yang meliuk-liuk kayak uler kobra. Dan dari tengah-tengah uap air itu, muncullah dia.
MBOK SURYANI (Formasi Tempur).
Wujudnya raksasa. Tingginya hampir nyamain pohon beringin. Badannya terbuat dari asep item dan air kotor. Wajah ratanya yang nggak punya mata itu nunduk ke bawah, mulut vertikalnya kebuka lebar.
"Ghani..." suaranya nggema di seluruh kosan, bikin kaca-kaca jendela lantai 2 dan 3 pecah serentak. PRANG!! PRANG!!
"Kamu mau mati lagi...?"
Serangan dimulai. Akar-akar pohon beringin hidup. Mereka nyabet-nyabet kayak tentakel gurita. Pak Ghani ngehindar, muter tasbihnya, ngebaca Hizib penolak bala. Tiap kali akar itu mau nyentuh Pak Ghani, akarnya kebakar.
Tapi Nadya dan Dewi nggak punya shield.
Satu akar nyamber kaki Dewi. "AAAAA!" Dewi ditarik kasar, diseret di atas lumpur mendekat ke sumur.