Kosmis dalam Kelut

adek Dwi oktaviantina
Chapter #22

Kesan Pertama

Rumah kontrakan di desa Kandat itu tampak besar dan kokoh, dengan tembok tinggi yang mengelilinginya. Namun, begitu melihatnya lebih dekat, rasa aneh merayapi mereka. Rumah itu sepi dan gelap, dan banyak warga yang melintas memilih jalan lain, seakan ada sesuatu yang membuat mereka enggan menatapnya terlalu lama. Harga sewanya jauh lebih murah daripada harga pasaran, meskipun rumah ini besar dan solid, sesuatu yang jarang ditemukan di desa kecil seperti Kandat.

Ibu Kristina, Okta, dan Iyan berdiri di depan rumah, menatapnya dengan pandangan penuh keraguan.

"Kenapa, ya, Bu? Kok harganya bisa murah sekali?" tanya Okta, memandang bangunan itu dari ujung ke ujung. "Biasanya rumah sebesar ini pasti mahal.”

Ibu Kristina mengangguk pelan. "Mungkin karena orang-orang merasa… nggak nyaman tinggal di sini? Lihat saja sekitar, tidak ada satu pun tetangga yang berani dekat-dekat."

Iyan menelan ludah, pandangannya tak lepas dari tembok besar yang seakan memagari rumah dari dunia luar. "Iyan dengar dari penjaga tadi, katanya rumah ini dulu milik seorang tokoh politik yang suka bicara soal Soekarnoisme. Lihat, Bu, di dalam itu masih ada papan tulis besar yang penuh tulisan soal Soekarno."

Lihat selengkapnya