Pagi itu, ketika Ibu Kristina sedang merapikan barang-barang di teras, Mbak Asih, tetangga sebelah yang baru dikenalnya, datang mendekat dengan raut wajah serius namun ragu, seakan ada sesuatu yang ingin disampaikan tapi masih ditahan-tahan.
“Bu Kristina… maaf kalau saya lancang,” Mbak Asih memulai dengan suara pelan. Ia melirik ke arah rumah yang baru saja disewa keluarga Okta, seolah takut rumah itu bisa mendengarnya. “Sudah dengar soal cerita rumah ini sebelumnya?”
Ibu Kristina berhenti sejenak, memandang Mbak Asih dengan dahi berkerut. “Cerita? Belum, Mbak Asih. Memangnya ada apa dengan rumah ini?”
Mbak Asih mendekat, suaranya lebih berbisik kali ini. “Rumah ini dulu milik seorang perempuan… namanya Yu Ratmi. Orangnya baik, tapi katanya hidupnya penuh kesulitan.” katanya, memilih kata-katanya dengan hati-hati.