Terdapat rumah tua milik Yu Ratmi yang selama sepuluh tahun terakhir menjadi sumber ketakutan bagi warga. Banyak penjual makanan keliling yang menghindari jalan di depannya, takut akan suara-suara aneh yang sering terdengar, seolah-olah rumah itu dihuni oleh jiwa-jiwa yang tak terlihat. Suatu sore, Budi, seorang pemuda yang penuh rasa ingin tahu, bertanya kepada Mbak Asri, pedagang makanan yang dikenal ramah, tentang rumah angker tersebut. “Kenapa semua orang takut lewat sini?” tanyanya, matanya berkilau dengan keinginan untuk mengetahui kebenaran. Mbak Asri hanya menggelengkan kepala, menceritakan bagaimana suara ramai sering mengisi ruangan itu meski tidak ada seorang pun yang terlihat.
Tak bisa menahan rasa penasaran, Budi memutuskan untuk menyelidiki sendiri. Ia melangkah ke dalam rumah yang berderit ketika pintu dibuka, menemukan suasana yang kelam dan berdebu. Di tengah ruangan, Yu Ratmi duduk di kursi goyang, tatapannya jauh seperti mengingat sesuatu yang menyakitkan. “Kenapa kalian datang?” suaranya serak, menembus keheningan yang mencekam. Saat Budi dan Mbak Asri menjelaskan niat mereka, suara tawa anak-anak tiba-tiba menggema, membuat suasana semakin tegang. Yu Ratmi tersenyum samar, menjelaskan bahwa suara itu adalah kenangan—suara dari mereka yang telah pergi. Budi, terpesona dan terjebak dalam rasa ingin tahunya, bertanya apa yang akan terjadi jika ia bergabung dengan mereka yang hilang. Saat ia mengambil langkah maju, ruang di sekelilingnya mulai bergetar, dan bayangan sosok-sosok mulai muncul di dinding. “Selamat datang di dunia yang lain…” bisik Yu Ratmi, suaranya membaur dengan tawa yang tak terlihat.
Mbak Asri, merasakan perubahan yang mencekam, berusaha menarik Budi kembali. “Budi! Kembalilah!” teriaknya, tetapi Budi terjebak dalam pesonanya, langkahnya semakin mantap. Dalam sekejap, ia menghilang di antara bayang-bayang, meninggalkan Mbak Asri dalam keadaan panik dan ketakutan. Saat suara tawa itu semakin menjauh, pintu rumah tertutup dengan sendirinya, dan desa kembali dalam keheningan yang menakutkan. Di luar, warga desa mulai berbisik-bisik, bertanya-tanya siapa yang berani melangkah ke dalam misteri rumah Yu Ratmi. Namun, di dalam rumah, sosok-sosok yang mengelilingi Budi perlahan-lahan mulai terlihat, dan salah satu dari mereka mengulurkan tangan ke arahnya.
Okta mendengar cerita itu saat sudah tinggal di rumah Yu Ratmi yang sekarang ditinggali keluarganya selama seminggu. Okta teringat pada hari pertama keluarganya berbenah dan pindah di situ. Dalam mimpinya, ada seorang wanita yang menyalami tangannya saat dia tidur.