Neo-Jakarta bernapas dalam ritme efisiensi yang dingin dan presisi metronom. Langit di atasnya jarang sekali menampilkan warna biru alami; lebih sering tertutup lapisan tipis filter atmosferik yang memproyeksikan jadwal harian, indeks kualitas udara, atau data efisiensi energi komunal dalam spektrum warna pastel yang terkontrol. Tidak ada awan berarak malas atau matahari terbenam jingga yang dramatis. Di sini, bahkan fenomena alam tunduk pada optimalisasi.
Menjulang dari daratan reklamasi yang direbut paksa dari Teluk Jakarta seabad silam, gedung-gedung pencakar langit Neo-Jakarta berkilauan seperti bilah-bilah obsidian dan kromium yang menusuk filter langit. Desainnya seragam, geometris, mengutamakan fungsi di atas segala estetika yang dianggap boros. Fasad bangunan dilapisi panel surya pintar yang menyesuaikan transparansinya berdasarkan intensitas cahaya matahari dan kebutuhan energi distrik. Tidak ada balkon berantakan dengan jemuran atau pot bunga liar yang mengganggu garis-garis bersih arsitektur. Setiap jengkal ruang dirancang untuk produktivitas maksimal.
Jalanan di bawahnya bukan lagi arena hiruk-pikuk klakson dan kemacetan manusiawi seperti dalam arsip-arsip kuno Jakarta Lama. Jalur-jalur multi-level dialiri oleh pod transportasi personal dan komunal otonom yang bergerak senyap dalam lintasan terprogram, dikendalikan oleh Algoritma Pusat Transportasi (APT). Tidak ada pengemudi manusia, tidak ada teriakan marah, hanya desisan halus motor listrik dan aliran kendaraan yang nyaris sempurna, minim jeda, minim friksi. Pejalan kaki, jika ada, bergerak di trotoar layang steril yang menghubungkan gedung-gedung, langkah mereka seragam, tatapan mereka lurus ke depan, terfokus pada interface data yang melayang tipis di depan mata mereka atau terproyeksi dari lensa kontak pintar.
Di Neo-Jakarta tahun 2142, logika adalah dewa, efisiensi adalah mantra sucinya. Emosi—terutama yang dianggap negatif atau tidak produktif seperti kesedihan mendalam, kemarahan yang meluap, kecemasan berlebih, bahkan euforia yang tak terkendali—dipandang sebagai artefak primitif, sebuah bug dalam sistem operasi manusia yang harus ditekan, dikelola, atau jika perlu, dieliminasi melalui terapi perilaku terjadwal atau intervensi farmakologis ringan yang diatur oleh Algoritma Kesehatan Mental Komunal (AKMK). Tawa lepas yang membahana atau tangisan tersedu-sedu di ruang publik akan segera memicu notifikasi ke Petugas Kepatuhan Emosi terdekat. Keintiman fisik di depan umum—bergandengan tangan terlalu lama, pelukan yang dianggap terlalu erat, apalagi ciuman —dianggap sebagai pemborosan energi emosional dan gangguan terhadap keteraturan sosial. Semuanya tercatat, teranalisis, menjadi bagian dari skor kepatuhan sosial setiap individu.
Hubungan antarmanusia pun tak luput dari kalkulasi dingin ini. Pernikahan atau Kemitraan Jangka Panjang (KJP), sebagaimana istilah resminya, tidak lagi didasarkan pada konsep kuno yang tidak efisien seperti "cinta pandangan pertama" atau "ketertarikan spontan". Semuanya diatur oleh Algoritma Kecocokan Genetik dan Sosial (AKGS). Sejak usia adolesen, data biometrik, profil psikologis (yang terus diperbarui oleh AKMK), status kasta, dan potensi kontribusi ekonomi setiap individu dimasukkan ke dalam sistem. AKGS kemudian akan menghitung dan menyajikan daftar calon mitra potensial dengan probabilitas kesuksesan KJP tertinggi—diukur dari stabilitas sosial, potensi keturunan unggul secara genetik, dan minimnya potensi konflik emosional.
Pertemuan pertama diatur dalam lingkungan terkontrol, difasilitasi oleh mediator AI. Interaksi awal berfokus pada pertukaran data dan analisis kompatibilitas logis. Jika kedua belah pihak setuju untuk melanjutkan, KJP akan didaftarkan secara resmi, seringkali tanpa melibatkan seremoni usang yang dianggap tidak efisien. Tujuan utama KJP adalah stabilitas sosial dan keberlanjutan populasi yang optimal. Konsep seperti "gairah", "kerinduan jiwa", atau kepuasan seksual holistik yang dibahas dalam literatur-literatur yang terlupakan, dianggap sebagai fiksi sentimental atau, lebih buruk lagi, gangguan hormonal yang harus dikelola. Keintiman fisik dalam KJP bersifat fungsional, terjadwal, dan seringkali berorientasi pada prokreasi sesuai kuota distrik. Menghargai keunikan tubuh pasangan sebagai sesuatu yang indah dan menggairahkan adalah konsep yang absurd.
Di tengah tatanan sosial yang dingin dan terukur inilah Lyra menjalani hari-harinya. Unit Identifikasi: 734-Gamma-Lyra. Kasta: Teknisi Data Level 3 (Gamma). Status KJP: Belum Diinisiasi (Menunggu Hasil Komputasi AKGS Siklus Berikutnya). Tinggal di Blok Apartemen Komunal Distrik 7, sebuah menara efisiensi perumahan di pinggiran zona industri teknologi Neo-Jakarta.