Minggu-minggu setelah pertemuan pertama di Sektor Reruntuhan berlalu dalam kabut ketegangan dan kerahasiaan yang konstan. Lyra dan Orion kembali ke orbit mereka masing-masing—Lyra di kedalaman pusat data Distrik 7, Orion di puncak menara komando Sektor Alpha—namun kini ada utas tak kasat mata yang menghubungkan mereka, sebuah utas yang ditenun dari rahasia berbahaya dan rasa ingin tahu terlarang.
Komunikasi mereka berjalan sporadis dan sangat hati-hati. Sesuai saran Orion, mereka menghindari kontak langsung. Metode pilihan mereka adalah dead drop digital di sudut-sudut jaringan terenkripsi yang jarang dipatroli oleh algoritma pengawas, atau pesan-pesan tersamar yang disembunyikan di dalam metadata laporan rutin yang hanya bisa diuraikan oleh pihak lain yang mengetahui kuncinya. Setiap pertukaran informasi terasa seperti berjalan di ladang ranjau; satu kesalahan kecil bisa memicu alarm sistem dan mengakhiri segalanya.
Lyra mencurahkan waktu luangnya yang terbatas (di luar siklus kerja dan istirahat terjadwalnya) untuk terus mencoba mendekripsi fragmen-fragmen file digital terkutuk itu. Semakin banyak yang ia buka, semakin ia merasa terganggu sekaligus terpesona. Teks-teks itu berbicara dalam bahasa yang hampir terlupakan—bahasa emosi. Ada deskripsi tentang "empati", kemampuan untuk merasakan apa yang orang lain rasakan; tentang "kerinduan", sebuah rasa sakit manis akan kehadiran seseorang; tentang "kecemburuan", emosi irasional yang muncul dari rasa kepemilikan; dan tentu saja, tentang "cinta", kekuatan fundamental yang digambarkan sebagai inti dari eksistensi manusiawi, bukan sekadar variabel biokimia atau kontrak sosial. Semua konsep ini begitu bertentangan dengan pelatihan logis dan penekanan emosi yang ia terima seumur hidupnya.
Orion, di sisi lain, menghabiskan siklus gelapnya membaca ulang buku kulit usang itu, mencocokkannya dengan fragmen dekripsi yang dikirim Lyra secara berkala. Ia mencoba memahaminya secara analitis, mencari pola, mencari logika tersembunyi di balik bahasa puitis dan emosional itu. Tapi semakin ia membaca, semakin ia merasa logika saja tidak cukup. Teks-teks ini menuntut pemahaman yang berbeda, pemahaman yang melibatkan… perasaan.
Usulan Orion di akhir pertemuan mereka—"Mungkin kita bisa mencoba mempraktikkannya saat kita membahas teks ini nanti?"—tentang mencoba "komunikasi dari hati ke hati" menggantung di antara mereka seperti tantangan sunyi. Dalam salah satu pertukaran pesan terenkripsi mereka, Lyra memberanikan diri bertanya, "Mengenai usulan Anda di Sektor Reruntuhan… Parameter 'komunikasi hati ke hati' tidak terdefinisi dalam sistem. Bagaimana protokol implementasinya?"
Jawaban Orion datang beberapa jam kemudian, lebih panjang dari biasanya: "Aku juga tidak yakin, Lyra. Teks-teks ini tidak menyediakan manual protokol. Hanya… deskripsi. Tentang kejujuran radikal. Tentang mengungkapkan pikiran dan perasaan—kata itu sendiri terasa aneh—tanpa filter efisiensi. Tentang mendengarkan untuk memahami, bukan hanya untuk merespons. Ini… tidak efisien. Berisiko tinggi disalahpahami. Tapi teks-teks itu mengklaim ini adalah kunci 'koneksi jiwa'."
Percakapan digital itu berlanjut, canggung dan penuh keraguan. Mereka mulai dengan mendiskusikan konsep komunikasi emosional itu sendiri, seperti dua insinyur yang mencoba memahami diagram mesin alien.
"Teks menyebutkan 'ruang aman' (safe space) sebagai prasyarat," tulis Lyra dalam pesan berikutnya. "Variabel 'keamanan' dalam konteks ini tampaknya merujuk pada ketiadaan penghakiman dan penerimaan tanpa syarat. Ini bertentangan dengan prinsip evaluasi konstan dalam sistem kita."
"Benar," balas Orion. "Dan ini menyiratkan kepercayaan tingkat tinggi antara partisipan komunikasi. Kepercayaan yang melampaui sekadar kepatuhan protokol. Bagaimana 'kepercayaan' semacam itu dibangun jika tidak melalui data terverifikasi?"
Diskusi analitis mereka berputar-putar, terbentur pada dinding logika dan pengondisian mereka sendiri. Hingga suatu hari, Lyra, didorong oleh frustasi yang tidak biasa dan mungkin sedikit kelelahan dari shift kerja yang panjang, menulis sesuatu yang berbeda.
"Tugas analisis anomali saya hari ini sangat tidak efisien," tulisnya, menyisipkan pesan itu di antara log data rutin. "Algoritma penjadwalan sumber daya PPD-7 jelas membutuhkan kalibrasi ulang, tapi permintaan saya terus ditolak oleh sistem birokrasi level Beta. Ini… membuat frustasi."