Lima tahun telah berlalu sejak Lyra dan Orion menemukan perlindungan di Zona Bebas. Lima tahun membangun kehidupan baru dari nol, di bawah langit yang sesungguhnya dan di luar jangkauan langsung algoritma Neo-Jakarta. Kehidupan tidaklah mudah. Musim kemarau yang panjang menguji persediaan air mereka, badai dahsyat sesekali merusak pondok-pondok sederhana komunitas, dan ancaman dari satwa liar atau kelompok penjarah lain yang juga menghuni Zona Bebas selalu ada. Namun, di tengah kesulitan itu, tumbuh kehidupan yang berbeda—kehidupan yang kaya akan tekstur, emosi, dan koneksi manusiawi yang otentik.
Lyra tidak lagi hanya seorang teknisi data. Ia telah menjadi salah satu pilar komunitas kecil mereka. Selain menjaga dan mengembangkan sistem teknologi darurat komunitas (komunikasi radio, pemurnian air, energi terbarukan skala kecil), ia juga menjadi seorang guru. Di sebuah bangunan kayu sederhana yang berfungsi sebagai sekolah komunitas, ia mengajar anak-anak—anak-anak yang lahir bebas dari indoktrinasi logika sistem—tentang sains dasar, matematika, tapi juga, secara hati-hati, tentang sejarah yang dihapus dan konsep-konsep dari Kode Leluhur: tentang pentingnya empati, komunikasi jujur, dan menghargai perasaan. Ia menemukan kegembiraan yang mendalam saat melihat mata anak-anak itu berbinar karena keingintahuan, bukan karena data yang terpampang di layar.
Orion telah sepenuhnya melepaskan sisa-sisa identitas Alpha-nya. Ia menjadi salah satu pemburu dan pelindung utama komunitas, keterampilannya membaca alam dan strategi bertahan hidup kini terasah tajam. Namun, ia juga menemukan panggilan sejatinya dalam seni. Ukiran-ukiran kayunya, yang menangkap keindahan liar Zona Bebas sekaligus kerapuhan dan kekuatan jiwa manusia, menjadi sangat dihargai oleh komunitas, berfungsi sebagai pengingat visual akan nilai-nilai yang mereka perjuangkan. Ia juga menjadi pendongeng ulung, menceritakan kembali kisah-kisah dari teks kuno (yang telah mereka terjemahkan bersama Lyra) atau legenda para Penyimpan Ingatan di sekitar api unggun pada malam hari, menjaga agar sejarah dan harapan tetap hidup.
Hubungan Lyra dan Orion telah mencapai kedalaman dan kematangan yang tenang. Badai besar yang mereka lalui bersama telah mematri jiwa mereka menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Gairah masa muda mungkin telah bertransformasi menjadi bara api yang hangat dan stabil, namun keintiman emosional, fisik, dan spiritual mereka semakin mengakar kuat. Mereka adalah partner sejati dalam setiap aspek kehidupan. Mereka belajar menavigasi perselisihan kecil dengan komunikasi terbuka dan empati yang telah mereka latih. Mereka saling memberikan ruang untuk tumbuh sebagai individu, sambil tetap menjadi pelabuhan aman bagi satu sama lain. Keintiman fisik mereka kini lebih merupakan perayaan hening atas kebersamaan, kenyamanan, dan cinta yang teruji waktu, sebuah ritual harian yang menguatkan ikatan mereka.
Buku kulit usang itu kini disimpan dengan hati-hati di tempat terhormat di perpustakaan kecil komunitas, bersama dengan salinan digital yang Lyra buat dan arsip datacrystal para Penyimpan Ingatan. Isinya tidak lagi dianggap sebagai rahasia berbahaya, tapi sebagai warisan berharga. Konsep-konsepnya—tentang keseimbangan logika dan emosi, pentingnya hubungan holistik, kekuatan kerentanan—perlahan mulai diintegrasikan ke dalam etos komunitas, diajarkan kepada generasi baru, menjadi dasar bagi cara hidup alternatif yang mereka coba bangun. Mereka tidak bertujuan menciptakan utopia—Zona Bebas terlalu keras untuk itu—tapi mereka berusaha membangun masyarakat yang lebih manusiawi, yang menghargai perasaan sama tingginya dengan kelangsungan hidup.
Sesekali, kabar dari Neo-Jakarta masih sampai kepada mereka melalui jalur komunikasi rahasia dengan sisa-sisa jaringan Penyimpan Ingatan di dalam kota. Gambaran yang muncul campur aduk. Di satu sisi, sistem tampaknya telah berhasil menekan gejolak terbuka pasca insiden sub-stasiun. Propaganda tentang "Anomali Kembar" yang berbahaya terus digaungkan. Kontrol pengawasan diperketat, algoritma diperbarui untuk mendeteksi deviasi emosional dengan lebih canggih. Neo-Jakarta, di permukaan, kembali ke efisiensi dinginnya.