“Memangnya dulu kalian sudah berapa lama pacarannya?”
Tiga puluh menit lalu Nala menerobos masuk ke kamarku, beberapa menit setelah kukirimkan pesan bahwa aku sudah punya pacar. Kuceritakan awal pertemuan dengan Erland di depan bangunan flat sampai malam hari aku mengantarkannya ke teras. Menatap lagi punggungnya yang menjauh, namun dengan hati bahagia.
“Mulai dari Junior High School kelas 1 sampai Senior High School kelas 3. Total enam tahunlah.”
“Wow … aku selalu kagum dengan orang-orang yang bisa pacaran sampai bertahun-tahun.”
“Jangan bilang kau belum pernah?”
“Pacaran pernah, tapi tidak sampai bertahun-tahun.”
“Kenapa begitu? Aku saja semenjak putus dari Erland tidak pernah punya pacar lagi, walau pun tetap kuusahakan melupakan dia.”
“Jadi kau jomblo selama 14 tahun ini?”
“Yups.”
“Woow … sekali lagi, aku selalu kagum dengan orang-orang yang bisa tidak pacaran sampai bertahun-tahun.”
“Kau … jangan bilang kau penganut paham kalau pacaran itu hanya untuk having fun?”
“Exactly!”
“Woow ….”
Tidak kusangka ternyata bukan cuma usia dan cara berpikir kami saja yang terpaut jauh, sampai prinsip berpacaran juga sangat terpaut jauh. Kami asik kembali memakan chinese food yang ia bawa dari kantornya. Katanya, ia sengaja membawa banyak, sampai empat bungkus, dengan bermacam-macam makanan agar aku bisa ikut menikmati, sambil menonton drama seri yang sudah satu minggu ini kami tunggu-tunggu episode barunya.
***
“Nal, kau kan masih 20 tahun ….”
“20 tahun 9 bulan. Jangan lupakan 9 bulannya. Itu penting karena artinya aku sudah tidak berusia 20 tahun lagi.”
Kugaruk tengkukku. Bukan karena pedasnya makanan tapi karena aku harus selalu detil berbicara dengannya yang sangat detil juga menganalisa setiap ucapan yang ditujukan padanya. Kadang kuat sekali inginku mencubit pipinya itu, seperti mencubit pipi keponakanku. Kadang aku hanya ingin dia biarkan saja aku berbicara dan nikmati segala kalimat yang keluar dari mulutku meski pun itu mengganggunya. Namun, sudahlah, mungkin beginilah rasanya punya adik perempuan. Hal yang tidak pernah aku rasakan, tapi sangat ingin kurasakan.
“Baiklah. 20 tahun 9 bulan.”
“Good.
“Kau tidak ingin mulai pacaran yang serius?”
“Seperti kau dan Erland sekarang begitu?” tanyanya dengan beberapa potong mie masih menjulur keluar dari mulutnya.