Kota Patrakomala

Annisa Insyirah
Chapter #6

Manusia

Selly POV (Manusia)

Namaku selly andira sejak kecil aku tinggal di panti asuhan mereka bilang aku ditemukan di jalanan saat berumur tujuh tahun bersama kakakku yang lumpuh.sejujurnya aku tidak ingat apapun tentang masa kecilku namun keberadaan kakak menjadikanku kuat menjalani hidup tanpa orang dewasa. orang-orang dipanti asuhan itu memperlakukanku dan kakak dengan buruk, setelah beberapa tahun aku kabur dari panti bersama kakak. Awalnya kami tidak kesulitan hidup di luar panti karena seorang nenek sebatang kara bernama nenek asih, dia merawat kami dengan baik namun beberapa tahun setelah tinggal bersama nenek tiba-tiba mentalnya terguncang menjadi gila kemudian meninggal. Nenek hidup dengan berkebun jadi setelah nenek meninggal kami hanya tinggal meneruskannya mengingat dia telah mengangkat kami sebagai anak. Awalnya aku merasa seperti menemukan sosok orang tua di diri nenek tetapi setelah dia hilang arah dan menyakiti kakak aku berbalik membencinya.

Hal itu hanyalah bagian dari masa laluku namun kini aku telah bergerak maju, kebun kecil nenek mampu menghidupi kami meski tidak bersekolah namun aku cukup pintar mengelola dan mengurusi kehidupan kami, aku dan kakak adalah dua bersaudara paling saling membutuhkan di dunia. Sampai hari ini tiba, hari di saat kota Patrakomala diserang oleh sekumpulan monster berwujud anak kecil entah dari mana. kami berusaha menghindari para monster dan lari bersama menuju tempat evakuasi yaitu sekolah dasar bangsa abadi.ya beruntungnya kami sedang berjalan di sekitar tempat evakuasi saat bencana ini terjadi namun karena saat itu situasi sangat kacau aku terpisah dari kakak, meski begitu aku tenang karena melihat kakak telah masuk tempat evakuasi dengan selamat. Tapi aku yang tertinggal di belakang berusaha keras untuk menghindari kerumunan orang yang berusaha masuk. Awalnya kondisi tampak dapat diatasi namun ketika monster kecil bergaun pengantin yang robek-robek di bagian bawahnya datang menghampiri timbulah kekacauan. Dia tak menyerang layaknya para monster yang lain tapi dia menatap dalam dan membuat orang yang ditatapnya meledak seperti bom yang hancur berkeping-keping. Di tengah kekacauan itu aku masuk ke bagasi mobil polisi yang berada tak jauh dariku untuk bersembunyi, tak lama mobil berjalan sepertinya polisi telah masuk dan mengendarainya. Di antara kebisingan yang terjadi aku mendengar percakapan para polisi mereka mengatakan akan mengejar monster-monster yang mundur karena diserang bertubi-tubi oleh para polisi disana, mereka bermaksud membersihkan area sekitar dari para monster agar orang-orang yang selamat dapat cepat di evakuasi. Aku mencoba mendobrak pintu bagasi yang tak sengaja terkunci agar mereka menyadari keberadaanku namun sepertinya suaraku tak terdengar sehingga aku terbawa oleh mereka namun beberapa saat kemudian aku yang sulit bernafas pingsan dan tak sadarkan diri hingga saat aku membuka mata pintu bagasi mobilnya telah terbuka sepertinya telah terjadi kecelakaan dan memperlihatkan pemandangan yang mengerikan di pelupuk mataku. Kini yang terlihat hanyalah kota yang hancur dengan suara teriakan dan tangisan sepanjang jalan yang nampak ramai akan pembantaian manusia. Aku melihat ke sekitar aku tepat berada di samping kantor polisi pusat kota. telah berapa lama aku tak sadarkan diri hingga sampai disini?. Aku melangkahkan kaki perlahan keluar menuju kursi pengemudi, mobil polisi ini menabrak tiang listrik. di dalamnya terdapat dua orang polisi yang telah mati dengan mengenaskan. Satu orang yang wajahnya menghantam kaca depan mobil dengan sangat keras hingga membuat mulutnya mengeluarkan darah dan satunya lagi kedua bola matanya nampak dicabut hingga telepas dan mulutnya tertusuk kayu runcing yang menembus kaca mobil sepertinya ini adalah ulah monster, aku yang terkejut melihat pemandangan menyeramkan itu mundur beberapa langkah karena merasa mual dan ketakutan namun tak berapa lama aku menyadari mereka masih memiliki pistol yang terjatuh dekat mobil mereka. Tanpa pikir panjang aku mengambilnya aku yakin ini bisa menjadi senjataku untuk membela diri dari para monster ataupun orang-orang dewasa. ya aku harus bertahan hidup dari semua masalah itu monster dan orang dewasa sama saja mereka berbuat seenaknya pada hidup, jiwa dan ragamu.

“hei awas!” suara teriakan datang bersamaan suara mobil yang dikendarai cepat menuju arahku, dengan cepat segera aku menghindar dan terjatuh berguling di tanah.

“hei kamu mau membunuhku ya!” teriakku kesal sembari berusaha berdiri.

“maafkan kami, kami sedang terburu-buru” tiba-tiba seorang lelaki keluar dari mobil yang telah berhenti itu dengan tangan kiri yang di gips. 

“aku tahu kalian panik karena monster tapi meskipun aku pakai baju terusan seperti mereka bukan berarti aku salah satu dari mereka!” bentakku kesal sambil menghampiri mereka.

“kami tahu, kami juga tidak bermaksud untuk menabrakmu hanya saja kami sedang terburu-buru’ katanya gelagapan.

“apa? Kenapa?” tanyaku heran.

“teman kami sedang menunggu puas?” kata seorang lainnya yang terlihat menggendong perempuan yang diikat di punggungnya.

“apa? Perempuan itu kenapa? Apa yang kalian lakukan?” kataku tiba-tiba ketakutan.

“hei,maaf tapi kami sedang buru-buru kau juga bersembunyilah monster-mnster itu pasti mengejar kita” kata lelaki yang memakai gips itu sambil pergi berlalu bersama dengan lelaki lainnya.

Aku melihat ke arah belakang ada beberapa monster mengejar secara otomatis aku mengikuti mereka ke dalam.

“hei, kenapa kamu mengikuti kita?” teriak lelaki yang menggendong perempuan itu.

“namaku selly bukan hei!, aku ikut kalian aku tidak mungkin bisa menghindari para monster itu” kataku sambil berlari.

“baiklah selly, namaku tio dan dia ryan perempuan itu namanya dessy tapi dia sudah meninggal jadi..” kata salah satu dari mereka memperkenalkan diri.

“Dorr!” aku menembakkan pistol ke para monster tetapi meleset.

“kamu punya pistol?” Tanya ryan kaget.

“aku mengambilnya dari polisi yang sudah meninggal di depan” jawabku tak kalah kaget.

“berikan padaku aku bisa menembak lebih baik daripada kamu!” kata ryan mengulurkan tangan.

“Apa? Enak saja kenapa aku harus mengikuti perkataanmu?” kataku kesal.

“sudahlah, pergi bantu tio!” perintahnya padaku sambil mengambil kedua pistol yang ada di tanganku.

Dia menembakkan pistol ke arah kepala para monster itu, aku beberapa kali melihat para polisi di tempat evakuasi memang mengincar kepala para monster sepertinya itu adalah kelemahan mereka. Jarak aku dan tio dengan ryan semakin jauh namun ryan hanya menyuruh kami untuk terus maju karena dia bisa menanganinya. Aku mengikuti tio, dia mengatakan datang ke kantor polisi untuk mengambil senjata-senjata untuk melawan para monster.

“tunggu, bukannya para polisi pasti membawa senjata mereka untuk melawan para monster?” tanyaku bingung.

“ya benar, tapi kata ryan mungkin kita bisa mengambil senjata illegal yang menjadi barang bukti di penyimpanan barang bukti” jawab tio.

“di kantor polisi ada tempat seperti itu? Dimana itu?” tanyaku kaget.

“karena ini kantor pusat kota harusnya ada, apalagi ayah ryan bekerja disini. Untuk tempatnya kita harus mencari denah kantor ini” jawab tio lagi.

“itu, di dekat tangga!” kataku sambil menunjuk tempat yang kumaksud.

Kami menuju denah kantor polisi ini, dan mencari secepat mungkin tempat penyimpanan barang bukti dan kami menemukannya,tepatnya berada di gedung belakang tidak begitu jauh kami segera menuju kesana, tak ada monster maupun polisi yang terlihat sepanjang perjalanan namun kami dapat mendengar suara pistol yang ditembakkan menggema sepertinya ryan mengarahkan mereka ke lantai atas kantor ini. Sementara aku dan tio berhasil menemukan tempat itu yang terkunci meski begitu empat penyimpanan ini masih sangat manual dan kami hanya perlu memukul pegangan pintu dengan kursi yang berada di ruangan sebelah untuk menghancurkannya dan masuk ke dalam. Kami berhasil mengambil banyak pistol, senapan dan peluru selain itu tio mengambil pisau dan pedang karena dia merasa tidak ahli dalam menembak. Aku memasukan semua peluru yang dibutuhkan ke dalam ransel yang juga kami temukan di tempat penyimpanan barang bukti sejujurnya aku tidak suka bertarung namun demi keselamatanku dan agar aku dapat bertemu kakak kembali aku harus dapat sebisa mungkin membantu mereka dan selamat bersama-sama.

“selly, aku akan membantu ryan aku minta beberapa peluru untuk pistol ryan” kata tio tiba-tiba.

“Tapi aku tidak tahu yang mana” kataku bingung.

“yang mana saja aku yakin ada yang bisa dipakai” katanya sambil mengambil beberapa peluru dari ranselku.

“selly kamu kembalilah tunggu kami di mobil,ini kuncinya” katanya lagi sambil melempar kunci mobilnya padaku.

“kamu semudah itu percaya padaku?” kataku bingung.

“apa aku harusnya tidak percaya padamu?’ Tanya lagi sambil tersenyum simpul.

“tidak! Kamu bisa percaya padaku” kataku yakin.

Segera aku menuju mobil yang berada tepat di dekat gerbang depan kantor polisi ini, aku menunggu di dalam mobil dengan kaca tertutup agar dapat bersembunyi dari para monster. Aku menunggu dan menunggu sampai aku melihat tio dan ryan yang terlihat di sebuah ruangan di lantai dua sepertinya mereka terjebak disana, aku melihat ke sekeliling setelah merasa aman aku keluar dari mobil dan berlari menuju dekat jendela mereka.

“hei,kalian terjebak? Loncatlah!” kataku yakin.

“kau gila? Meskipun tidak begitu tinggi tapi ini lantai dua dengan keadaan kami sekarang sulit untuk sampai ke bawah dengan mulus!” bentak ryan padaku.

“tunggu, aku pernah melakukannya dengan gorden” kata tio.

“tidak ada gorden disini!” jawab ryan kesal.

“mungkin kita bisa melakukannya dengan yang lain” kata tio memberi saran.

“hei tangan kananmu kuat kan?” Tanya ryan setelah berpikir sebentar.

“apa? Apa maksudmu?” Tanya tio balik.

“hei selly kalau kami jatuh cepat seret kami sepertinya pintu disini tidak akan bertahan lama” kata ryan padaku.

Aku mengangguk sambil memperhatikan sekitar aku sebenarnya takut jika tiba-tiba ada monster dari arah lain datang. Namun saat pandanganku kembali kea rah tio dan ryan terlihat tio menggantung dengan tangan kanannya di jendela dia memakai kain yang dipakai ryan sebelumnya untuk mengikat jasad dessy, sementara itu ryan membawa dessy di tangannya yang satu dan bersiap melompat ke tanah aku yang kaget secepatnya menghindar.

Lihat selengkapnya