KPR (Kapan Pindah Rumah?)

Annisa Diandari Putri
Chapter #1

Awal Dari Semuanya

Juni, 2012

Belum ada yang keluar dari mobil silver itu sejak berhenti di parkiran “Kemang Food Festival” sepuluh menit yang lalu. Si perempuan dengan sabar menunggu pacarnya yang masih sibuk dengan HP. Rambut panjangnya bergoyang saat dia bergerak mengikuti irama “Carly Rae Jepsen - Call Me Maybe” dari radio. Lagu yang menurut Kat George dari VH1 merupakan “guilty pop pleasure”.

Hey, I just met you and this is crazy...

But here's my number...

So, call me maybe...” Cakra melanjutkan nyanyian Tara tanpa mengalihkan pandangan dari HP di tangannya.

“Kamu belom selesai juga?”

“Sebentar ya, sayang.”

Tara memeriksa riasannya melalui rear-view mirror. Dia ingin terlihat cantik di hari anniversary mereka. Tiga tahun lalu, saat Tara dan temannya sedang menonton pertunjukkan musik di “Score!”, Cilandak Town Square, Cakra naik ke atas panggung dan menyatakan cintanya. Di depan puluhan orang, tepat saat Souljah selesai menyanyikan lagu “Bersamamu”. Walaupun lagu setelahnya adalah “Kuingin Kau Mati Saja”, tapi di telinga Tara lagu itu tetap terdengar romantis.

Carly Rae Japsen kaya Avril Lavigne waktu ngeluarin complicated ya. Satu lagu, tapi langsung naik banget namanya.”

“Asal jangan one hit wonder aja.”

“Kalo lagunya likeable terus kaya gini, harusnya nggak ya. Kamu aja hafal. Ya ... walaupun cuma ujungnya doang.”

“Gimana nggak hafal, kalo ringtone kamu aja itu.” Cakra mencubit pipi Tara. “Turun yuk. Aku laper.”

Mendengar alasan pacarnya, Tara tersenyum lalu menyisir rambut dengan jari-jarinya. Sebelum membuka pintu, dia mengulurkan tangan untuk mengambil cardigan dari kursi belakang.

“Jaketnya tinggal aja, sayang.”

“Ini cardigan, Mas Cakra, bukan jaket. Tadi sore kan abis ujan, kalo dingin gimana?”

“Pake jaket aku.”

“Udahlah, nggak berat kok.”

“Iya ... iya ... ya udah ... Sini aku yang bawa.” Cakra mengambil cardigan hitam dari tangan Tara.

Tapi malam ini ternyata bukan perayaan anniversary biasa. Beberapa orang menyambut Tara saat memasukki area “Kemang Food Festival” dengan memegang kertas putih yang bertuliskan,

UDAH

SEBULAN

CAKRA

NGGAK

BISA

TIDUR

Tara menatap laki-laki di belakangnya dengan kening berkerut. Expresi Tara dijawab Cakra dengan isyarat -udah-jalan-aja-terus- melalui matanya.

Setangkai lily putih diberikan seseorang di ujung kalimat itu. Sepuluh langkah selanjutnya, beberapa teman Tara berdiri sambil membawa kertas putih lainnya,

BIAR

DIA

NGGAK

GANGGU

HIDUP

KITA

LAGI

“Kamu ngapain sih, Mas?” Tanya Tara setelah menerima bunga lily putih keduanya.

“Ini belum selesai.”

PLEASE,

BILANG

IYA

Dengan bunga lily ketiga, deretan kertas tersebut mengarahkannya masuk lebih jauh. Dari tempatnya berdiri, Tara bisa melihat orang-orang di depannya memegang barisan kalimat selanjutnya. Kali ini tidak berwarna putih, tapi kertas hitam dengan huruf-huruf berwarna gold.

TARA,

KAMU

MAU

NIKAH

SAMA

Lihat selengkapnya