KPR (Kapan Pindah Rumah?)

Annisa Diandari Putri
Chapter #14

Ibu Nggak Sendiri Kok

Kabar Ibu

Dengan setengah berlari, Cakra yang baru saja sampai Jakarta langsung menuju kamar diikuti oleh Tara dan anak-anak. Ibu terbaring di tempat tidur dengan wajah lesu, dikelilingi Damar, Luna dan Kanaya.

Setelah dipapah Damar hingga naik tempat tidur, kalimat pertama yang Ibu ucapkan adalah,

“Telefon Cakra.”

Tapi Luna memaksa agar ibu dibawa ke rumah sakit terlebih dahulu. Usul itu ditolak ibu, dia merasa tidak apa-apa. Tidak ada yang terlalu sakit menurutnya. Dia hanya ingin bertemu dengan Cakra. Tadinya Kanaya tidak ingin menghubungi kakaknya karena sudah jam sembilan malam.

Tetapi melihat wajah ibu, akhirnya mereka menyerah.           

“Ibu kenapa sih? Kok malem-malem bisa jatoh?” Tanya Cakra dengan wajah khawatir.

“Masih sakit, Bu?” Tara ikut bersimpuh di samping tempat tidur

“Ibu harus sakit dulu ya, Le? Biar kamu nemuin Ibu?”

“Jangan gitu dong, Bu. Aku jadi ngerasa bersalah. Maafin Cakra ya, Bu.”

“Yang penting Ibu udah bisa lihat muka kalian.” Ibu tersenyum.

“Kita ke rumah sakit aja ya, Bu. Biar diperiksa. Takutnya ada apa-apa.”

“Nggak usah, Le. Jatohnya nggak kenceng kok. Tadi Ibu mau ambil gayung yang jatoh, eh tangannya yang megang bak mandi kelepas.”

“Di cek tulang belakangnya ya, Bu. Mastiin aja.”

“Nggak apa-apa. Ibu masih bisa jalan kok. Tadi kaget aja, makanya minta bantuin Damar.”

“Atau mau aku telfonin Bude, biar diperiksa ke sini?”

Bude yang waktu itu datang di pernikahan Cakra dan Luna, adalah seorang dokter umum yang bekerja di sebuah rumah sakit besar di Jakarta.

“Nanti malah ngerepotin. Ibu beneran nggak apa-apa. Istirahat juga sembuh kok. Kalo emang masih sakit banget, nanti Ibu bilang.”

“Ya udah, kalo Ibu tetep nggak mau. Istirahat ya banyak. Jangan bandel mau jalan-jalan.”

“Kamu nginep sini kan, Le?”

“Iya, Bu. Besok aku minta ijin, biar Senen nggak masuk. Aku juga udah bawa laptop buat ngurusin kerjaan.”

“Alhamdulillah. Ibu udah lama nggak masakkin kamu.”

“Yah ... jangan masak dong, Bu. Aku ke sini kan buat nemenin Ibu.”

“Kita semua keluar dulu aja ya. Biar Ibu istirahat. Udah jam segini.” Tara menyuruh orang-orang untuk keluar dari kamar ibu. “Ibu udah makan?”

“Udah, Nduk.”

“Ibu seneng banget ngeliat kalian ngumpul bareng-bareng gini. Kamu jangan kemana-mana ya, Lun. Di sini aja jagain Ibu.”

"...”

“Ibu istirahat yang bener ya. Tambahin bantal aja, kalo pingganggnya masih sakit.” Cakra mencium tangan ibu, lalu mereka semua keluar dari kamar. Meninggalkan si pemilik kamar sendirian.

Sebelum keluar, Luna menyalakan lilin aromatherapy di meja nakas samping tempat tidur ibu.

“Gue mau ngomong dulu sama kalian.” Ucap Cakra tegas dan memberikan kode untuk mengikutinya ke ruang keluarga.

.

Rapat Keluarga

“Jadi gimana ceritanya sampe Ibu bisa jatuh?” Tanya Cakra.

Lihat selengkapnya